Ahlan wa sahlan...

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

Kamis, 11 November 2010

Hati yang Bersih?!?

Pagi hari di bumi Indralaya, walaupun ternyata sang mentari masih tersipu malu, mengintip dibalik awan. Mendung lagi! Pagi itu sembari menikmati segelas susu coklat hangat, hmmm nikmat. hehehe. Mendengar Terimakasih Guruku, AFI Junior, saya membuka catatan yang isinya penuh dengan kata-kata yang bermakna--setidaknya bagi saya--mencoba share ke teman-teman.

Setelah mencari sekian lama ketemulah kata-kata itu. Tangan ini pun lincah menari di keypad ponsel. Memilih nama-nama yang akan dikirimi SMS, kemudian send. Laporan terkirimnya menyusul kemudian.

Tak lama kemudian ponsel saya berdering. Ringtone SMS. Si pengirim SMS itu adalah salah satu dari sekian teman yang saya kirimi SMS. Isi SMS-nya kira-kira seperti ini, "Cara untuk mendapatkan hati yang bersih???"

Saya mencoba menjawab pertanyaan teman saya itu. Jawaban saya--kira-kira--begini (saya lupa tepatnya dalam menjawab SMS itu. Tapi secara garis besar begitulah isi SMS saya), "Salah satunya kalau dalam ESQ cara mengupayakan hati yang bersih itu dengan zero mind process. Dengan ZMP itu God spot kita akan bersih. Bebas dari belenggu-belenggu."

Kemudian teman saya bertanya lagi "God spot itu apa?"

Saya jawab saja, "Titik Tuhan."

SMS balasan masuk tak lama kemudian, eh beliau protes, katanya kalau hanya menerjemahkan dia juga bisa, yang diminta itu definisi dari God spot itu sendiri.

Yah, maaf. Maaf. Hehehe.

Sebelumnya sempat terlintas di pikiran saya, jangan-jangan beliau--sang pengirim SMS--mau ngerjain saya, sekedar ngetes sejauh mana pengetahuan saya soal mensucikan hati. Kemudian saya mencoba untuk ber-husnudzhan. Semoga perkiraan saya salah. Kalau pun benar ingin ngetes saya, awas aja ya!!! Gak bisa pulang ke Martapura lho tahun depan, 'ntar saya sweeping. Biar gak bisa masuk Martapura!! (Sadis nian euy... hehehe).

Oh iya hampir lupa, isi SMS saya itu seperti ini:
"Bila hati itu bersih maka ia akan mudah menerima kebenaran dan merasa ringan untuk melakukan kebaikan."

Maka untuk permulaan saya memutuskan merenungi isi SMS saya itu. Mengapa hati yang bersih dikaitkan dengan menerima kebenaran dan melakukan kebaikan? Memang jika hati kotor kita tidak akan melakukan kebaikan? Akhirnya berujung pada satu kata, bingung. Hehehe.

Dan karena bingung, saya mencoba untuk memikirkan satu persatu orang-orang shalih di zaman Rasulullah. Pikiran saya yang pertama jatuh pada sosok shalih itu, sosok yang malaikat pun malu kepadanya. Ya, sosok itu bernama Utsman bin Affan. Karena kejernihan hatinya beliau bisa membaca kemaksiatan yang tergambar dari wajah seseorang. Bagaimana dengan kita??? Malu rasanya bila berkaca dengan mereka.

Kembali saya mencoba merenungi isi SMS saya. Akhirnya saya temukan jawabannya. Korelasi antara hati yang bersih, menerima kebenaran dan melakukan kebaikan. Saat kita futur, berada pada titik lemah iman kita. Saat itu untuk melakukan suatu kebaikan pun terasa sulit. Malas untuk melangkah. Malas untuk berbenah. Malas untuk berupaya memperbaiki diri. Malas semualah pokoknya.

Dinasehati teman, terasa menggurui. Akhirnya malah jadi tersinggung. Menjauh dari komunitas, menjauh dari jamaah. Sehingga akan makin membuat terperosok pada kefuturan itu sendiri. Naudzubillah….

Baiklah, kita kembali pada pertanyaan teman saya saja. Saya mencoba mencarinya dalam buku ESQ, tapi tidak ada penjelasan yang terperinci mengenai apa itu God spot. Maka saya mencoba menyimpulkan sendiri makna God spot berdasarkan pemahaman saya. Maaf jika ternyata kesimpulan saya ini tidak sesuai dengan pemahaman teman-teman yang pernah mengikuti atau terlibat langsung dalam training ESQ. ^_^

Pada ESQ model, lingkaran ke dalam (God spot) terletak pada dimensi spiritual (SQ) atau berada dalam alam bawah sadar kita. Lingkaran pada dimensi emosi (EQ) dan dimensi fisik (IQ) harus berada pada garis edarnya dan mengorbit pada Titik Tuhan (God spot). Seperti gerakan galaksi Bima Sakti (Milky Way), gerakan atom (Bohr), atau gerakan jamaah haji mengelilingi Ka’bah. Semua berthawaf. Tuduk pada sifat-sifat Tuhan. Konsep ini dinamakan God Sentris yaitu berpusat pada SQ.

Gambar : ESQ model

The ESQ Way 165 :

1 (satu) hati (value) yang ihsan pada God spot

6 (enam) prinsip moral berdasarkan rukun iman

5 (lima) langkah sukses berdasarkan rukun islam.

God spot sendiri didasarkan pada suara hati yang universal. Bahwa manusia siapa pun dia, agama apa pun yang dianut, bagaimanapun baik buruknya, mereka sebenarnya memiliki suara hati yang sama. Suara hati yang didasarkan pada Asma’ul Husna. Suara hati yang akan sama dirasakan oleh manusia di seluruh dunia. Dan inilah yang disebut dengan anggukan universal.

Bahwa setiap manusia sebelum dilahirkan telah membuat perjanjian dengan Allah. Mengakui bahwa Allah-lah Tuhan mereka yang satu. Tidak ada Tuhan selain Dia. Saat ia lahir maka orang tuanyalah yang membuat dia menjadi pemeluk islam, nasrani dan sebagainya.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan Bani Adam keturunannya dari sulbinya, dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya sendiri (atas pertanyaan), ‘Bukankah aku Tuhanmu?’ Mereka manjawab, ‘Ya, kami bersaksi!’ (Yang demikian itu) supaya jangan kamu berkata di hari kiamat, “Kami tiada mengetahui hal ini.” (QS. Al A’raaf : 172)

Setiap diri dikarunia oleh Allah sebuah jiwa. Dengan jiwa itu ia bebas menentukan pilihan. Untuk berhenti di persimpangan-persimpangan yang kecil atau berhenti di persimpangan yang besar. Memilih antara kebaikan dan keburukan. Memilih untuk bereaksi positif atau negatif. Melanjutkan atau berhenti. Sabar atau marah. Sehingga kitalah yang menjadi leader bagi diri kita. Bukan orang lain ataupun lingkungan kita. Kitalah aktornya, aktor untuk hidup kita. Kita pula lah yang menjadi penanggung jawab atas sikap yang telah kita ambil.

Dorongan suara hati itu misalnya saat hendak melakukan keburukan maka suara hati nurani akan melarangnya. Begitu berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani, maka ia akan menyesalinya. Namun adakalanya suara hati terbelenggu dan “buta”. Buta untuk melihat nilai-nilai universal itu. Seringkali kita mengabaikan suara hati yang akhirnya mengakibatkan terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, dan lain-lain.

Saat manusia begitu dekat dengan Allah. Maka dititik itulah kita akan mampu melihat segala sesuatu dengan lebih bijak. Kecerdasan spiritual kita terasah. Seperti Utsman bin Affan yang bisa membaca wajah orang yang maksiat. “Hati-hati dengan firasat orang mukmin, sebab ia melihat dengan nur Allah.” Lalu, bagaimana dengan kita? Astaghfirullah… Mari perbaiki diri.

Hati yang terbelenggu yang menyebabkan kita “buta”. Buta dalam membedakan kebaikan yang ikhlas dengan kebaikan karena mengharapkan pujian dari orang lain. Buta karena merasa diri jauh lebih baik dari orang lain. Buta karena terlalu asyik berprasangka negatif pada saudaranya.

Dalam ESQ untuk menjadikan kita bisa “melihat” lebih jelas, bersikap lebih tegas maka kita harus mengembalikan manusia pada fitrahnya, pada God spot-nya. Dengan demikian manusia mampu melihat dengan mata hatinya. Mampu memilih, memilah dan memprioritaskan pilihan yang benar sesuai dengan suara hati. Sesuai dengan tuntunan dari Ilahi Rabbi.

Pembersihan God spot disebut Zero Mind Process. Zero Mind Process (ZMP) adalah pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci. Kemerdekaan berpikir akan melahirkan pribadi-pribadi kreatif, berwawasan luas, terbuka, fleksibel, mampu berpikir jernih dan God spot yang kembali bercahaya (Ari Ginanjar Agustian, ESQ, hlm.83).

Gambar: Zero Mind Process

Hasil akhir dari ZMP adalah melahirkan suara hati ilahiah. Sehingga kita akan menjadi orang yang merdeka. Orang yang bebas dari prasangka-prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang salah, pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, egoisme kepentingan, pembanding-pembanding yang subyektif dan belenggu-belengu fanatisme yang menyesatkan.

God spot menjadi pusat orbit dari keseharian hidup kita. Suara hati manusia adalah kunci spiritual karena ia adalah pancaran sifat-sifat Ilahi. Ketika jiwa manusia mengangguk, mengakui Allah sebagai Tuhan-nya maka saat itulah sifat-sifat Tuhan yang suci dan mulia muncul dari dalam God spot-nya dan dari situlah kecerdasan spiritual bermula. Anggukan yang membenarkan suara hati yang didasarkan pada Asma’ul Husna itu terus berjalan dan bisa dirasakan kecuali jika hati dalam keadaan tertutup. Untuk itulah manusia harus mencapai titik zero dan terbebas dari belenggu-belenggu pikiran (Agustian, hlm.86-87).

Karena dosa itu membelenggu. Keburukan yang kita lakukan itu tanpa kita sadari telah membuat kita jauh dari Allah. Dibutuhkan kejernihan hati sebelum mencari dan menemukan kebenaran. Kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah, Sang Pencipta.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”

Allahu a’lam bish shawab…


Referensi:

1. Al Qur'an

2. ESQ, The ESQ Way 165, Ary Ginanjar Agustian.

3. The Way to Win, Solikhin Abu Izzudzin.

Sabtu, 06 November 2010

Duka Tanah Kita....

Kala bencana datang melanda
Porak poranda tanah kita
Semua orang terhentak ingin bertanya
Mengapa terjadi? mengapa?
Mengapa terjadi? mengapa?

Tangisan derita menyayat jiwa
Kezhaliman mengungkung masa
Apakah kebenaran telah binasa?
Mengapa terjadi? mengapa?
Mengapa terjadi? mengapa?

*Nafsu angkara murka
Telah gelapkan manusia
Merebak gulita lenyapkan cahaya
Tibalah azab bencana

Telah nampak nyata, kerusakan di dunia
Karna perbuatan tangan keji manusia
Bencana dan peperangan makin merajalela
Hanya pada Mu Tuhan kami mohon perlindungan.
(Duka Tanah Kita, Justice Voice)

Duka tanah kita. Tepat memang judulnya dengan kondisi Indonesiaku saat ini. Pertiwi pun menangis lagi. Menangis melihat Wasior nun jauh di Papua sana terendam banjir. Menangis melihat penduduk di lereng Gunung Merapi yang tunggang langgang menyelamatkan diri. Menangis melihat Mentawai yang luluh lantak diterjang tsunami.

Saya tidak akan mengomentari bagaimana penanganan bencana —yang kata banyak media— begitu lambat. Begitu lambat untuk sampai ke Mentawai, Wasior dan Merapi.

Di saat keadilan, kesejahteraan dan keamanan adalah barang mahal dan mungkin hampir hilang di negeri ini. Saat kebutuhan pokok melambung tinggi, meroket yang akibatnya mencekik rakyat miskin. Saat para pejabat negeri ini sibuk dengan pencitraan diri. Saat para wakil rakyat sibuk plesir ke luar negeri. Saya melihat sesuatu yang ternyata tidak hilang dari rakyat negeri ini. Empati. Kepedulian terhadap sesama penduduk negeri yang bernama Indonesia. Indonesia memang mendapat cap sebagai negara yang tingkat korupsinya gila-gilaan. Namun, kepedulian itu masih ada.

Masih banyak rakyat yang peduli melihat saudaranya yang menangis kehilangan sanak keluarga dan harta benda. Masih banyak yang peduli melihat saudaranya tidur berjejalan dan kedinginan di tenda pengungsian. Hingga bantuan selimut berdatangan dari penjuru negeri. Masih banyak yang peduli melihat mereka yang kelaparan di barak pengungsian, hingga bantuan makanan itu juga mengalir ke mereka yang tengah berduka.

Saya pernah menangis dan ternganga saat tsunami menerjang Aceh tahun 2004 silam. Menangis melihat begitu banyak korban yang jatuh baik yang meninggal, luka-luka baik itu luka ringan maupun yang berat, kehilangan sanak keluarga. Ternganga melihat begitu banyak orang yang rela menyisihkan harta mereka untuk Aceh. Saya ingat betul hari itu saat SMA, setelah upacara bendera hari senin, diumumkan bahwa sekolah menerima sumbangan untuk tsunami Aceh.

Antrian panjang yang mengular mulai terbentuk. Teman-teman, kakak-kakak serta adik-adik kelas banyak yang menyisihkan uang jajannya hari itu untuk disumbangkan. Begitu juga dengan guru-guru. Ternyata banyak sekolah hari itu juga melakukan hal yang sama dengan sekolah kami. Seorang teman saat saya tanya mengapa memberikan semua uang jajannya hari itu. Dia menjawab seperti ini, “Mi, aku memang tidak jajan hari ini. Besok masih bisa jajan. Tapi orang di Aceh sana apa masih bisa jajan seperti aku?”

Terkenangku pada gempa di Padang tahun lalu. Gempa yang meluluhlantakkan Padang. Saat itu teman-teman kampus saya banyak yang turun menjadi relawan di sana. Berangkat penuh semangat demi meringankan beban warga Padang.

Seberat apapun musibah yang melanda Indonesia. Masih ada—banyak bahkan—nurani-nurani yang terketuk, terpanggil untuk membantu. Bantuan yang diberikan mungkin tidak seberapa. Namun sungguh berarti bagi yang dilanda musibah. Karena kepedulian, bantuan dan uluran tangan penuh kasih itu menjadi penguat kala rapuh mendera. Walaupun kekuatan yang paling penting adalah IMAN.

Indonesia memang menangis. Indonesia memang berduka. Indonesia pun menjerit menahan pilu yang mendera rakyatnya. Ya, Indonesia memang pantas berduka mengingat bencana yang datang bertubi-tubi. Namun masih ada tangan-tangan yang akan menghapus airmata itu. Merengkuh mereka dalam pelukan hangat penuh cinta atas nama persaudaraan. Masih ada tangan yang akan menggenggam tangan-tangan rapuh itu untuk saling menguatkan. Percayalah. Harapan itu masih ada!

Kini media disibukkan dengan Wasior yang masih saja terendam banjir. Mentawai yang belum juga mendapat suplai bantuan. Merapi yang terus saja “batuk”, memuntahkan lahar, abu vulkanik yang menurut berita terakhir hingga ke Jawa Barat dampaknya.

Hingga kini bantuan terus datang dari berbagai penjuru negeri. Untuk meringankan beban mereka yang dirundung duka. Semoga senyum anak bangsa ini akan kembali terukir setelah duka berkepanjangan mendera negeri. Amin.

Saya juga mengacungkan dua jempol untuk kinerja TNI. Menjadi garda depan dalam penyelamatan dan tanggap bencana. Saya melihat–lewat tivi, hehehe--bagaimana mereka berjibaku untuk menyelamatkan warga Wasior yang dilanda banjir. Memberi bantuan untuk korban bencana gempa dan tsunami di Mentawai. Dan, berupaya mengevakuasi warga dan korban meninggal akibat muntahan Merapi.

Masih begitu banyak rakyat Indonesia yang peduli pada saudaranya setanah air. Masih banyak. Harapan itu jelas masih ada. Masih ada. Masih dan akan selalu ada!

Saya terkenang pada satu program yang waktu itu di-launching oleh sebuah lembaga amil zakat. Kembalikan Senyum Anak Bangsa (KSAB). Teringat akan duka Indonesia, semoga senyum anak bangsa ini akan kembali. Semoga… Kabulkan, Ya Rabb…

Kembali saya teringat dengan SMS yang dikirim oleh sahabat saya:
“Semoga Allah memberi pelangi disetiap badai. Memberi senyuman disetiap airmata. Dzikir lembut disetiap hela nafas. Memberi kebaikan disetiap kehidupan. Memberi berkah disetiap cobaan. Dan, memberi jawaban indah disetiap doa-doa kita. Amin.”

Setidaknya banyak hikmah yang bisa diambil dari musibah yang datang bertubi-tubi ini. Saya sendiri menghaturkan beribu syukur pada Allah karena berada ditempat yang aman—insya Allah. Saya masih bisa makan enak. Masih bisa tidur nyenyak tanpa takut akan adanya gempa susulan, banjir bandang ataupun abu vulkanik yang akan merusak sistem pernafasan. Saya masih bisa beraktivitas seperti biasa. Kesana sini dengan nyaman—walaupun kadang was-was juga takut copet dan maling, hehe.

Setidaknya bila dibandingkan dengan pengungsi Mentawai, Merapi dan Wasior, saya jauh lebih beruntung. Jauh sekali. Alhamdulillah…. Syukurku pada-Mu, Duhai Sang Maha Melindungi.

Bukan maksud saya untuk tertawa diatas penderitaan saudara-saudara saya yang berada di pengungsian, saudara-saudara saya yang menjadi korban bencana alam itu. Tapi saya mencoba untuk mensyukuri nikmat yang ada pada saya. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah untuk saya. Karena manusia kadang kala—sering bahkan—melupakan nikmat yang telah diberikan Allah. Astaghfirullahal ‘adzhim…. Ampuni kami, Ya Rabb.

Dan kembali saya terkenang pada sosok mulia itu, sosok yang hingga kini hanya bisa saya telusuri lewat sirah nabawiyah. Rasulullah, Muhammad. Beliau telah mengajarkan agar disetiap musibah yang melanda hendaknya kita mengucapkan ucapan yang baik, yaitu innaalillaahi wa innaailaihi raajiuun. Mengembalikan semuanya kepada Allah. Singkatnya dari Allah kembali ke Allah (Kok, seperti judul lagu nasyid ya? hehe.)

Begitu banyak harapan di negeri yang gelarnya gemah ripah loh jinawi dan zamrud katulistiwa ini. Semoga Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. ^_^

Ya Rabb, lindungi saudara-saudara kami yang kini tertimpa bencana….
Kuatkan mereka, Ya Aziz….
Tegarkan mereka, Ya Rahman….

Teringat akan doa ma’tsur yang sering dibaca pagi dan petang, Doa yang ada dalam surat kedua dalam Al Qur’an, yang artinya:
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Wahai Tuhan kami, jangan Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimanaEngkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir. (Al Baqarah : 286)

Harapan itu masih ada!!
Saatnya kembalikan senyum anak bangsa!

Allahu a’lam bish-shawab.

Sarjana B. 18, 5 November 2010.
20.35

“Rahmi Badar”

Rabu, 03 November 2010

Sebiru Hari Ini


Awalnya iseng-iseng buka web-nya Edcoustic. Eh liat judul lagunya kok ya seru banget. bikin penasaran. jadinya searching di google, pengen liat lagu itu temanya tentang apa gitu. eh pas ketemu, kayaknya keren tuh. temanya soal persahabatan sih...

kebetulan emang lagi kangen sama sahabat-sahabatku yang nun jauh di sana. udah pada pulkam semua. mana ada yang jarang bales SMS pula. Jadi tambah kangen.

dulu, mudah nian menemukan mereka. bertemu mereka. bercanda, tertawa bersama. menangis bersama. masak-masak n makan-makan (walaupun yang dimasak, entah gimana rasanya. Jadi artis (ada rumah tidur sembarangan), berkelana dari satu kost ke kost yang lain. hehehe.

pulang kemalaman, hingga kena tegur para ikhwan (karena sering pulang maghrib, hihihi). saling cela. saling tegur. saling menasehati. saling--kadang-kadang-- sok tau. (huihihi).

Makin kangen sama mereka... apalagi buku yang dibaca akhir-akhir ini lebih banyak soal persahabatan.

yang paling diingat saat aku sama erma make baju yang sama--baju waki--, jilbab putih, rok hitam (kalo erma rok biru dongker) dan ransel hitam. Wandi, pales dkk deh sibuk bergaya ala ibu-ibu yang sedang nyanyi qasidah. Pada gak sopan itu adek-adek sama mbak-mbaknya. hehehe. ulah mereka akhirnya memancing orang-orang untuk memperhatikan kami berdua. erma dengan kalemnya ngomong begini "Dak apo mik, itu tandonyo kito emang ado chemistry-nyo." (halah, apo dio oi maksudnyo ini? Keluar deh bahasa kerajaannya, huihihi...) akhirnya jawaban ngelantur keluar dari mulutku, "Kami kan make telepati... hahaha".

ingat dengan teman-teman "satu lingkaran". yang hampir tiap minggu ngumpul di satu tempat. hahaha. Tak terpisahkah sejak 2005. hingga takdir Allah memisahkan kami. masing-masing pulang ke kampung halamannya. saling menasehati, saling dukung, saling menguatkan. ah... mengingat wajah itu satu persatu membuat mataku gerimis. karena ada kalian disisiku, lima tahun ini begitu berwarna. warna-warna cinta....

Duhai Allah Sang Maha Cinta, sampaikanlah kepada mereka bahwa aku merindukan mereka.
Semoga mereka semua selalu dalam lindungan Engkau Ya Allah...
Semoga mereka selalu dalam petunjuk-Mu Ya Rabb...
Tetapkan mereka untuk selalu dalam hidayah-Mu Ya Ilahi...

Untuk Erma Fitriyani, Heriyah, Lidiawati, Reni Sarlin, Prati Negasari, Listiyorini, Era yuliana, Yenni, Wulan, Lena, Sherly Korpriyanti, Rizka Melita Sari, Aida FKIP, Anita, Ida Fahrika, Fadilah, Ari Diliyanti Puspita, Shinta Ambar Wulan, Rani Rajungan Eska Tantri, Heti Andriyani, Neli Liana, Novetri Sari, Nurul Aisyiah, Aku merindukan canda tawa kita lagi. i love you coz Allah. semoga persaudaraan ini kekal hingga ke jannah-Nya.
amin....

nah, aku mengetik entri ini sembari ditemani oleh lagu edcoustic sebiru hari ini. Lirik yang membuat mataku basah, ingat kalian. ini lirik sebiru hari ini....

Sebiru hari ini, Edcoustic

Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

reff:
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang

Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga

Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

intro

reff 2x

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah


Semoga rindu ini tersampaikan pada kalian....
Miss u guys...
Kalau pun kita tak bisa bertemu langsung, semoga kita saling menguatkan lewat doa, saudaraku.

yang merindukan kalian
Rahmi Badar

Sarjana B 18, 3 November 2010.
10.15