Ahlan wa sahlan...

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

Kamis, 16 Desember 2010

“Hari Ini Kulepaskan Kau dari Hatiku”

“Hari Ini Kulepaskan Kau dari Hatiku”

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, fatamorgana dalam gurun pasir hatiku. Seseorang yang datang kemudian pergi dengan meninggalkan jejak. Kau tahu, sampai hari ini aku belum mampu menghapus jejakmu dengan sempurna. Terus melangkah maju tapi tetap tak mampu melepaskan harapan bodohku untuk bersamamu. Jika ada pemilihan predikat manusia bodoh, kurasa aku yang akan mendapatkan predikat rangking satu. Aku bertahan hanya dengan kemungkinan 0,1 % saja. Tapi, hari ini aku belajar untuk melupakanmu.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, satu nama yang terlukis jelas dalam prasasti hatiku. Satu nama yang selalu membuatku kagum akan kepribadiannya, kesetiaannya, perjuangannya dan pengorbanannya. Kau baik dimata teman-temanmu, ramah dan mudah berteman dengan orang. Jika kau tanya padaku sejak kapan aku merasakan getaran-getaran senandung lagu cinta, sejak aku mendengar namamu dan kebaikanmu dari teman baikmu yang selalu kau tolong tanpa meminta imbalan apapun. Aku merasakannya tanpa tahu seperti apa sosokmu, yang kutahu akhlakmu baik, dan yang terpenting agamamu pun tak diragukan. Aku menganggumimu jauh sebelum aku bertemu denganmu dan tak pernah berharap lebih. Namun takdir membukakan jalan untukku. Hari itu, kita bertemu.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, kau yang pernah memintaku menjadi penyempurna separuh dienmu, pendamping hidup, penentram jiwamu. Aku tak bermaksud menyakiti hati siapapun, aku hanya tak pandai mengutarakan isi hatiku dengan sempurna. Maaf, aku benar-benar tidak bisa membuatmu menunggguku, tanpa pernah ku tahu kapan mampu ku akhiri. Jiwaku hampir mati saat itu, badai, hujan, dan gelombang besar terus saja membuat laut hatiku terhempas. Maafkan aku, karena aku membuatmu sedih. Mungkin membuat goresan dalam hatimu yang putih. Maafkan aku karena tak bisa menjelaskan semua kesalahpahaman ini sebelum kau pergi menjauh dan menghilang, karena aku sedang berada dikota lain saat itu. Rasanya saat kau katakan takkan ada di kota saat aku pulang, hatiku menjerit ingin pulang dan bertemu denganmu untuk yang terakhir kalinya dan menjelaskan apa yang kurasa tapi dengan kebodohanku, aku memilih diam.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, bintang dalam gelapnya malamku. Diatas sajadah yang kubentang, disepertiga malam itu. Aku bertemu dengan-Nya, sang pemilik hatiku. Aku menangis, sedu sedan sendiri. Aku mengadukan hatiku yang resah karena rasa yang ada dalam hatiku kepadamu, meminta Allah berkenan memberikanku petunjuk dalam mengendalikan rasa cintaku agar tak melebihi cintaku kepada-NYA.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, satu nama yang berkata akan setia jika aku memintamu untuk menunggguku. Kulepaskan semua angan-angan indahku dan keyakinanku jika kau masih setia sampai saat ini walau aku tak memintamu untuk menungguku.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, dengan kekecewaan dalam hatiku. Setelah kepergianmu, dalam diamku aku mempersiapkan segalanya. Segera menyelesaikan study, dan meminta restu kedua orang tuaku, dan setelah semuanya kudapatkan. Aku sudah terlambat.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, dengan hujan yang terus turun dalam hatiku. Setelah aku mendengar kini kau telah memilih hati yang lain dan meletakkannya disampingmu selalu. Kau yang membawa hatiku pergi dengan kepergianmu. Kau yang kufikir tetap menjaga rasa itu. Rasa yang mungkin kini hanya aku yang memiliki. Akhirnya cinta yang kujaga, pecah seribu berserakan begitu saja.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, dengan senyuman. Senyum tulus dari dasar hatiku. Semoga kau bahagia dan aku tak kan pernah datang dan mengabarkan hal ini padamu. Bahwa aku tak pernah melupakanmu dan kaulah yang selalu ada dalam ingatanku. Aku tak ingin membuatmu bimbang. Aku ingin kau setia padanya, menjaga cintamu. Bukankah kau berkata padaku, jika cinta tak harus memiliki dan jika cinta itu menyakiti hati sang kekasih kenapa harus egois untuk tetap menggenggamnya erat dalam dekapan cintamu. Biarkan cintamu bebas memilih, jika dia bahagia. Karena belum tentu jika bersamaku, cintaku bisa mendapatkan kebahagiaan.

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, karena aku ingin melangkah maju menuju kebahagiaanku sendiri. Terimakasih, karena kini aku telah belajar tentang kesetiaan dan pengorbanan. Terimakasih, untuk telah mematahkan hatiku dengan sempurna, karena dengan begitu aku belajar untuk bangkit dari kekecewaan dan keterpurukan dan mampu mengendallikan diriku sendiri. Terimakasih, untuk sejenak kau hadirkan kisah cinta yang tak harus memiliki dalam hidupku. Dan sekarang saat kau baca tulisanku ini, tersenyumlah! Tersenyumlah karena sekarang kau tak perlu khawatir tentang keadaanku. Karena aku baik-baik saja!

Hari ini kulepaskan kau dari hatiku, sebab semua terjadi karena satu alasan. Dan aku yakin Allah akan menggantikanmu dengan yang lebih baik setelah ini.

(By: Rika Z. Putri)

Tulisan ini kudapatkan dari FB adik tingkat yang diikutkan dalam sebuah kompetisi penulisan. Dengan izin beliau pula, aku mem-posting-nya. Kenapa kupilih ini untuk posting-an blog? Sengaja, sebagai ajang muhasabah untukku dan untukmu. Mengoreksi lagi niat-niat yang mungkin terkotori. Niat melakukan sesuatu karena dia, bukan Dia.

“Sekali-kali batu karang yang raksasa pun mampu pecah karena kemarahan ombak. Maka tak mungkin jika sekerat hati tak pernah retak atau patah, padahal telah banyak yang membenturnya.”
(Birunya Langit Cinta, Azzura Dayana)

Dan, kini aku pun memilih untuk melepasmu. Membiarkanmu terbang jauh dari hatiku. Walaupun harus tertatih-tatih ‘kan kutata hati ini lagi. Biarlah begini…. Hingga aku benar-benar bisa melepasmu pergi. Membuang semua mimpi yang mungkin tak pernah terealisasi. Suatu saat aku akan sembuh dari lukaku ini. Pasti.

Semua yang pernah terjadi, biarlah menjadi sebuah histori. Semua rasa yang tak pernah terungkap secara nyata diantara kita. Walaupun kau dan aku sama-sama tahu apa yang kita rasa. Percayalah aku akan baik-baik saja. Kaupun juga akan baik-baik saja. Ini jalan terbaik untuk kita.

Aku tak inginkan pembenaran dari semua salahku. Hatiku memang bukanlah batu karang, tapi ia pun mampu untuk lebih tegar. Dan aku yakin semua akan berlalu seiring bergantinya sang waktu….

Mewangi Bunga Dunia (Tazakka)

Dunia…
Indah diciptakan menawan hati
Kadang menggoda
Jelita dipandang
Terasa harum semerbak,
Mewangi bunga dunia

Mencinta tiada akhirnya
Merindu menjadi pilu
Mendamba entah pastinya
Terlena hamba sembilu

Wahai diri berapa lama lagi?
Kau terus begini terus mengkhianati
Kapankah lagi engkau kan kembali?
Berserah diri setulus sepenuh hati..

Tundukkan pandangan mata dan hatiku
Dari gemerlap dunia yang palsu memperdaya jiwa.
Ku memohon kepada-Mu Ya Rabbi…
Selamatkanlah duniaku
Dan akhiratku yang pasti.

Jangan cintakan ku padanya duniawi
Ampuni dosa khilafku
Di masa laluku, kini dan nanti

Yui in Memoriam....


Tadi malam saat sedang asyik bercanda dengan Pipit dan Tika, ponselku berdering. Dua SMS masuk, yang pertama dari Ibu dan yang kedua dari Yuk Ary. Kedua-duanya mengabarkan berita yang sama. Kucingku, si Yui mati. Dianiaya macan akar. Bapak yang melihat langsung “pelaku penganiayaan” itu.

Mendengar berita itu sedih memang. Yui itu kucingku, karena yang memberi nama Yui adalah aku. Umurnya sekitar empat tahun (dalam hitungan manusia). Aku yang meminta untuk memberi nama pada salah satu anaknya Coreng. Dan, ia kuberi nama Yui. Padahal aku belum pernah melihat bagaimana rupanya. Yui lahir saat aku masih di Inderalaya.

Dia kucing terunik yang pernah kami punya. Kedua kaki depannya agak bengkok dan lebih pendek dari kaki belakang. Disitulah lucunya Yui. Cara berjalannya menyesuaikan dengan kaki-kakinya yang pendek.

Yui dengan gayanya yang seperti itu, sangat lucu untuk di foto. Dia objek pertama yang akan jadi bahan jeprat jepret kami.

Jika kucing lain mengeong minta makan. Kami kurang percaya. Karena kucing-kucing itu lapar nggak lapar maka mereka akan dengan semangat mengeong minta makan. Lain cerita jika Yui yang mengeong sambil memandang kami. Maka kami akan segera memberi makan kucing peliharaan kami. Yui itu tipe kucing yang jarang mengeong. Jika ia sudah ikut-ikutan mengeong, berarti dia sudah sangat lapar.

Yui bahkan nggak makan minum jika sudah tidur di kamar. Jika pagi hari ia masuk untuk tidur di kamar, maka sorenya baru keluar kamar. Itupun diusir oleh yang empunya kamar. Hehehe.
Yui, yang paling banyak mengundang perhatian saudara-saudara dan tamu yang berkunjung ke rumah, karena keanehannya. Yui yang selalu sembunyi jika di rumah sedang ramai teman-teman yang berkunjung.

Warna abu-abu, kuning dan hitam. Itu warna bulu Yui.



Yui dengan segala keunikan yang ada di dirinya. Menjadi berbeda dengan Mamang, Endut, Bella ataupun Cat. Aku tak pernah sesedih ini saat mendengar kabar Abang mati. Karena aku tahu Abang sudah lama sakit. Yui sehat. Sangat sehat. Dan juga pemberani. Hingga kami menjulukinya kepala suku kucing.

Saat kembali ke Inderalaya ba’da ied adha, aku tak sempat berpamitan padanya. Kebiasaanku sebelum pulang adalah menyempatkan diri memeluk kucingku satu persatu. Yang ketemu hanya Endut, Cat dan Bella. Yui nggak ada di rumaa, biasanya jam segitu Yui sedang main ke tempat Edi. Numpang tidur dan makan di rumah Edi. Hehehe.

Yui mungkin dikuburkan pagi ini. Selamat jalan, sayang…. Tidurlah dengan tenang.
Percayalah, Yui akan selalu ada dihati ini. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti. Aku mengikhlaskanmu pergi. Ini yang terbaik untukmu. Aku tak akan tega melihatmu kesakitan menahan perih karena luka-luka yang kau derita. Hari ini aku melepasmu pergi…. Walaupun tak kulihat wajah itu terakhir kali.

Pergilah…. Ini memang yang terbaik.

Aku tak akan menyalahkan siapa-siapa. Ini salah satu bagian ujian keikhlasan untukku. Karena setiap yang bernyawa tentu akan mati. innaalillaahi wa innaailaihi raajiuun. Selamat jalan, cinta….

Hari ini kulepas kau pergi. Pahit memang. Sedih. Iya. Masa indah bersamamu hanya akan tinggal kenangan. Foto-fotomu akan jadi pengobat rindu yang tak tersampaikan. Kita berada di dunia yang berbeda sekarang.

Selamat jalan, cinta… Yui….

(maaf kalau agak berlebihan.... ^_^)

Selasa, 14 Desember 2010

Skenario Indah Allah untukku

“Allah menyayangimu dengan cara-Nya. Kadang engkau merasa hidup tak adil. Engkau marah karena keadaan tidak berjalan sesuai dengan keinginanmu. Engkau kecewa atas apa yang terjadi dalam hidup. Engkau kadang mempertanyakan ke-Maha Agungan-Nya karena dunia tidak mengindahkanmu. Tapi percayalah teman, Allah sayang padamu. Dia mencintaimu dengan cara-Nya.”

Saya lupa tepatnya kapan SMS itu dikirim oleh teman saya. Harus diakui bahwa kadang kala saya juga mempertanyakan ke-Mahaan-Nya. Saya marah, sedih, kecewa karena merasa diperlakukan tak adil. Merasa layak untuk diperlakukan lebih dari itu. Astagfirullah… betapa saya telah berlaku ujub. Ya Allah, ampuni hamba…

Padahal nikmat Allah begitu banyak dicurahkan kepada saya. Dan saya jarang mensyukurinya. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”

Allah memang menyayangi dengan cara-Nya. Saya mencoba mengingat kembali hal-hal yang telah terjadi. Ternyata skenario Allah untuk hidup saya itu indah. Sangat indah malah.

Saya memiliki keluarga yang luar biasa. Pertama kali memutuskan untuk mengenakan jilbab, tidak ada nada protes dari keluarga. Sedangkan teman saya ada yang ditentang keluarganya untuk memakai jilbab. Hingga saat kuliah, saya bergabung di tarbiyah, dan memutuskan untuk memperlebar jilbab saya. Keluarga saya juga tidak menentang.

Keluarga saya--terutama Ibu--yang menjadi garda terdepan dalam melindungi saya. Ya, melindungi. Melindungi dari serbuan keluarga besar yang menganggap aneh jilbab saya. Melindungi saya dari cercaan saudara saya yang lain karena menganggap jilbab saya kelebaran. (Padahal jika mereka memperhatikan lebih detail, maka mereka akan menemukan ada akhwat lain yang jilbabnya jauh lebih panjang dan lebar dari saya. Bahkan jilbab saya ini belum seberapa jika dibandingkan dengan jilbab mereka, hehehe). Serbuan dari berbagai pihak ini pernah membuat saya down dan hampir memperpendek jilbab saya. Alhamdulillah itu tidak terjadi. Hehehe.

Saya memiliki sahabat-sahabat yang luar biasa pula. Sahabat yang menguatkan kala saya rapuh. Membantu berdiri kala saya jatuh. Saat saya butuh penguatan ada-ada saja yang mengirimi saya SMS tausiyah itu. Hampir selalu pas dengan kondisi saya saat itu. Alhamdulillah… Segala puji untuk-Mu, Ya Rabb….

“Tidaklah seorang hamba diberikan karunia yang paling baik keislamannya, melebihi saudara yang shalih. Bila dia lupa diingatkannya. Bila dalam kondisi sadar dengan ketaatan ia akan membantunya. Bila salah seorang kalian merasakan kasih sayang dari saudaranya, maka peganglah ia.” (Umar bin Khattab).

Ok, back to skenario indah itu. Maka tak ada lagi yang layak saya katakan selain syukur. Saya menemukan begitu banyak hal yang awalnya telah direncanakan, endingnya berbeda atau cara berlakunya yang berbeda. Walaupun ternyata itulah yang lebih saya butuhkan. Bahwa itulah yang menjadi pelajaran untuk saya.

Seperti kemarin saat itu selepas shalat zuhur di mushala perpustakaan pusat, saya melihat seseorang yang dari belakang mirip sahabat saya. Kenapa dari belakang? Karena posisinya saat itu sedang duduk membelakangi saya. Maka saya dekati. Ternyata benar sahabat saya.

Kami ngobrol sebentar dan memutuskan untuk makan siang di kantin kampus. Soalnya perut saya sudah “unjuk rasa” sejak tadi. Saya menunggunya shalat dulu, karena dia belum shalat. Setelah shalat kami naik satu lantai, ke ruang sirkulasi. Karena sahabat saya itu hendak meminjam buku, namun kartu perpus-nya ketinggalan. Hingga dia—karena begitu membutuhkan buku itu secepatnya—meminjam buku itu menggunakan kartu saya. Kebetulan saya memang tidak ada pinjaman di sana.

Nah, masalah terjadi saat hendak meminjam buku. Karena ternyata saya masih ada pinjaman. Padahal seingat saya semua buku yang dipinjam atas nama saya sudah semua dikembalikan—walaupun masih kena denda juga karena terlambat mengembalikan buku. Hehehe. Karena sudah hampir sebulan buku itu belum dikembalikan maka saya tidak diizinkan meminjam buku. O ow…

Di jalan menuju kantin, saya menelepon sahabat saya yang lainnya, yang kemarin meminjam buku menggunakan kartu saya. Katanya sudah semua dikembalikan. Bahkan sudah bayar denda pula. Nah lho, nggak mungkin sahabat saya ini berbohong. Kalau memang sudah dikembalikan kenapa kartu dari buku itu masih juga “nyangkut” di kartu saya? Siapa yang salah sebenarnya? Solusinya? Saya bingung. Akhirnya kami memutuskan untuk mengurusi masalah ini besok harinya.

Salah saya adalah tidak mengembalikan buku itu secara langsung. Saya karena ada satu dan lain hal memberikan kartu itu kepada sahabat saya, memintanya mengembalikan sendiri buku yang ia pinjam atas nama saya tersebut. Kemudian ia menyerahkan kartu itu. Selesai saya pikir. Karena jelas buku itu sudah dikembalikan. Kok malah jadi kayak gini??? Saya tambah bingung.

Besok harinya, setelah menyusun strategi—walaupun nggak yakin strategi itu berhasil—kami ke ruang sirkulasi. Strateginya adalah mencari lebih dahulu buku yang kemarin dipinjam. Logikanya jika kartu itu masih ada di kartu yang disimpan petugas perpus, maka tidak mungkin ada yang meminjam. Karena jelas kartunya tidak ada.

Lama kemudian sahabat saya menemukan buku itu. Ternyata kartunya ada. Kami berdua lemas. Bagaimana ini? sahabat saya berkata bahwa ia sudah searching, ternyata perpus hanya memiliki dua buku dengan judul ini, karena buku lama. Satunya yang kami pegang, lalu yang satunya lagi? Dipinjam orang lain?

Akhirnya masih ditengah kebingungan, sahabat saya menemukan buku yang pernah ia pinjam. Setelah meneliti buku itu dari kartu peminjaman, kami menemukan namanya. Setelah usut punya usut, meneliti lebih lanjut. Menganalisis lebih runut. (Kalau ingin diceritakan secara mendetail bakal panjang). Maka kami menyimpulkan kemungkinan itu kesalahan petugas perpus. Petugasnya lupa untuk mengembalikan kartu di kartu perpus saya ke buku tersebut. Karena pada hari itu ramai pengunjung perpus yang hendak mengembalikan buku.

Walaupun dengan ketidakyakinan, sahabat saya mencoba menghadap petugas dengan dalih hendak meminjam buku. Buku yang bermasalah itu. Walaupun kami jauh lebih tidak siap jika akhirnya didakwa dengan pasal penghilangan buku. Hahaha. Resiko mendapatkan cap buruk plus kena marah petugas. Waduh…. Pasrah. Hanya itu yang ada dalam pikiran kami saat itu. Kalau diminta ganti, yah terpaksa harus ganti. Walaupun itu judulnya “menzhalimi” kami. Jelas-jelas bukunya sudah dikembalikan kok.

Semula kami mengianggapnya begitu menakutkan, ternyata begitu mudah. Kakak petugas perpus begitu mudah diyakinkan dengan argumentasi yang memang telah lebih dahulu didiskusikan. Karena kami memang sebelumnya diskusi untuk meyakinkan bahwa itu bukunya! Tidak ada perang mulut. Perang argumentasi. Apalagi sampai pertumpahan darah, saudara-saudara. Halah, lebay banget!!

Rasa-rasanya kalau nggak malu, mau deh berdua jingkrak-jingkrakan. Saking senengnya. Hohoho. J. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Saya teringat kejadian sebelum idul adha. Saat itu saya sudah memutuskan untuk pulang ke rumah. Rencana sudah disusun dengan matang. Saya akan pulang hari jumat. Saat ibu menelepon dengan yakin saya mengatakan akan pulang hari jumat.

Hari H-nya. Saya terbangun pukul tiga, tepatnya tiga lewat berapa saya lupa. Saat itu hujan deras disertai petir. Bikin ngeri. Doa yang saya lantunkan setelah shalat seperti ini, “Ya Allah, jika Engkau ridhai perjalananku hari ini, tolong hentikan hujan ini.”

Hujannya memang reda tidak lama kemudian. Eh, menjelang subuh hujannya turun, lebih deras lagi. Saya hopeless. Wahhh, jangan-jangan nggak diridhoi. Jadi lemes. Jangan-jangan nggak diizinin pulang nih… hiks.. hiks.. T_T

Akhirnya doa saya bertambah menjadi, “Ya Allah, jika Engkau ridha maka tolong redakan hujan ini jam enam nanti.” Mengapa jam enam? Karena jam itu maksimal saya berangkat ke stasiun kertapati. Setengah enam alias 06.30, saya menatap hujan dari jendela. Masih deras plus mati lampu. Hrap-harap cemas. Mencoba menguatkan hati jika ternyata hujan masih juga deras jam enam nanti. Dan itu pertanda saya nggak bisa pulang kampung alias mulang tiuh.

Saya memutuskan untuk mandi dan mencuci baju. Walaupun dengan resiko tidak jadi berangkat. Mencoba tetap optimis. Ditambah dengan menyenandungkan doa itu berkali-kali. Hehehe. Hari sudah terang, hampir jam enam. Hujan masih turun. Saya makin kebat-kebit. Jadi nggak, jadi nggak. Pengen nangis…. Ibu, anakmu ini kayaknya nggak jadi pulang hari ini….

Alhamdulillah ternyata hujan reda, saudara-saudara! Jam enam, lewat dikitlah. Akhirnya saya berangkat. “Martapura, aku datang. Hohohoho” Berangkat dengan semangat 45. Walau akhirnya saya ternganga saat hendak melewati jalanan depan kompleks. Ada kubangan air di jalan, sekitar 3 meter jaraknya. Pagi itu juga tidak ada becak yang bisa diharapkan untuk menembus kubangan air setinggi mata kaki itu. Jalan satu-satunya adalah melewatinya dengan kaki sendiri. Dengan resiko kaos kaki, rok, dan sandal saya basah.

Seorang dari sekian bapak-bapak yang berdiri di dekat kubangan itu menyarankan saya untuk melepas kaos kaki dan sandal. Intinya saya harus nyeker. Dilema. Nggak mungin dong saya lepas kaos kaki sedangkan banyak bapak-bapak di sana. Kemudian saya memilih nekat. Maju terus. Bismillah… semoga Allah ridha dengan yang saya lakukan ini. Saya nggak mau aurat saya kelihatan orang lain. Toh saya bawa kaos kaki dua, dan sandal saya ini anti air. Hahaha.

Gerbang depan kompleks. Saya berdiri menunggu travel atau bis yang akan ke Palembang. Namun apa hendak dikata tidak ada satupun dari dua mobil itu lewat. Padahal kaki saya sudah mulai kedinginan. Ganti kaos kaki di depan gerbang. Jelas nggak mungkin. Sama aja bunuh diri.

Alternatif satu-satunya adalah ganti di kamar mandi stasiun. Sangat tidak memungkinkan untuk saya berganti kaos kaki di dalam travel atau bis. Ya, kan? Berarti saya harus bertahan dengan kaos kaki basah ini sekitar satu jam lagi. Itu hitungan paling cepat, bisa lebih lama lagi. Karena saya harus antri tiket kereta api. Padahal kepala saya sudah nyut-nyutan, dan perut saya sudah bernyanyi sejak tadi. Nggak apa-apa deh. Fight! Fight! Fight!

Eh, ada mobil lemabang lewat. Berhenti nggak jauh dari tempat saya berdiri. Akhirnya saya naik mobil itu. Duduk paling belakang. Sendirian pula. Penumpang satunya duduk disamping supir. Saya pun bisa ganti kaos kaki. Alhamdulillah.

Tiba di stasiun, para calo sibuk menawarkan tiket. Pilih jalur resmi aja ah! Eh, ada adik tingkat, salah satu anggota Himapura yang juga hendak pulang. Dia bersama dengan temannya dan bersedia mengantrikan tiket. Alhamdulillah, saya memang tidak sanggup mengantri karena kepala saya pusing. Banget. Plus laperrrrr.

Dapet tiket, nyari gerbong, nyari tempat duduk. Lama kemudian, Berangkat! Menuju bumi sebiduk sehaluan….

Awalnya saya nggak yakin bisa pulang karena hujan deras. Kemudian Allah mengabulkan doa saya. Banjir yang menghalangi jalanan kompleks. Kaos kaki basah, hingga bisa ganti kaos kaki di mobil. Ada yang bersedia mengantrikan tiket. Wah, akhirnya saya bisa pulang. Hehehe.

Berulang kali skenario Allah yang bermain. Skenario indah untuk hidup saya. Walaupun awalnya sering saya bertanya-tanya apa hikmah dibalik semua ini. Akhirnya saya menemukan hikmahnya. Menemukan pelajaran yang bisa diambil untuk hidup saya. Menambah wawasan saya. Semoga saya makin bijak dalam menyikapi hidup ini. Semoga kalian juga bisa mengambil pelajaran dari semua hal yang terjadi dalam hidup ini.

Percayalah seindah-indahnya skenario yang dibuat manusia, lebih indah skenario Allah. Karena Allah tahu apa yang terbaik untuk hidup kita. Jelas Allah yang paling tahu.

Allahu a’lam bish shawab…

Kamis, 11 November 2010

Hati yang Bersih?!?

Pagi hari di bumi Indralaya, walaupun ternyata sang mentari masih tersipu malu, mengintip dibalik awan. Mendung lagi! Pagi itu sembari menikmati segelas susu coklat hangat, hmmm nikmat. hehehe. Mendengar Terimakasih Guruku, AFI Junior, saya membuka catatan yang isinya penuh dengan kata-kata yang bermakna--setidaknya bagi saya--mencoba share ke teman-teman.

Setelah mencari sekian lama ketemulah kata-kata itu. Tangan ini pun lincah menari di keypad ponsel. Memilih nama-nama yang akan dikirimi SMS, kemudian send. Laporan terkirimnya menyusul kemudian.

Tak lama kemudian ponsel saya berdering. Ringtone SMS. Si pengirim SMS itu adalah salah satu dari sekian teman yang saya kirimi SMS. Isi SMS-nya kira-kira seperti ini, "Cara untuk mendapatkan hati yang bersih???"

Saya mencoba menjawab pertanyaan teman saya itu. Jawaban saya--kira-kira--begini (saya lupa tepatnya dalam menjawab SMS itu. Tapi secara garis besar begitulah isi SMS saya), "Salah satunya kalau dalam ESQ cara mengupayakan hati yang bersih itu dengan zero mind process. Dengan ZMP itu God spot kita akan bersih. Bebas dari belenggu-belenggu."

Kemudian teman saya bertanya lagi "God spot itu apa?"

Saya jawab saja, "Titik Tuhan."

SMS balasan masuk tak lama kemudian, eh beliau protes, katanya kalau hanya menerjemahkan dia juga bisa, yang diminta itu definisi dari God spot itu sendiri.

Yah, maaf. Maaf. Hehehe.

Sebelumnya sempat terlintas di pikiran saya, jangan-jangan beliau--sang pengirim SMS--mau ngerjain saya, sekedar ngetes sejauh mana pengetahuan saya soal mensucikan hati. Kemudian saya mencoba untuk ber-husnudzhan. Semoga perkiraan saya salah. Kalau pun benar ingin ngetes saya, awas aja ya!!! Gak bisa pulang ke Martapura lho tahun depan, 'ntar saya sweeping. Biar gak bisa masuk Martapura!! (Sadis nian euy... hehehe).

Oh iya hampir lupa, isi SMS saya itu seperti ini:
"Bila hati itu bersih maka ia akan mudah menerima kebenaran dan merasa ringan untuk melakukan kebaikan."

Maka untuk permulaan saya memutuskan merenungi isi SMS saya itu. Mengapa hati yang bersih dikaitkan dengan menerima kebenaran dan melakukan kebaikan? Memang jika hati kotor kita tidak akan melakukan kebaikan? Akhirnya berujung pada satu kata, bingung. Hehehe.

Dan karena bingung, saya mencoba untuk memikirkan satu persatu orang-orang shalih di zaman Rasulullah. Pikiran saya yang pertama jatuh pada sosok shalih itu, sosok yang malaikat pun malu kepadanya. Ya, sosok itu bernama Utsman bin Affan. Karena kejernihan hatinya beliau bisa membaca kemaksiatan yang tergambar dari wajah seseorang. Bagaimana dengan kita??? Malu rasanya bila berkaca dengan mereka.

Kembali saya mencoba merenungi isi SMS saya. Akhirnya saya temukan jawabannya. Korelasi antara hati yang bersih, menerima kebenaran dan melakukan kebaikan. Saat kita futur, berada pada titik lemah iman kita. Saat itu untuk melakukan suatu kebaikan pun terasa sulit. Malas untuk melangkah. Malas untuk berbenah. Malas untuk berupaya memperbaiki diri. Malas semualah pokoknya.

Dinasehati teman, terasa menggurui. Akhirnya malah jadi tersinggung. Menjauh dari komunitas, menjauh dari jamaah. Sehingga akan makin membuat terperosok pada kefuturan itu sendiri. Naudzubillah….

Baiklah, kita kembali pada pertanyaan teman saya saja. Saya mencoba mencarinya dalam buku ESQ, tapi tidak ada penjelasan yang terperinci mengenai apa itu God spot. Maka saya mencoba menyimpulkan sendiri makna God spot berdasarkan pemahaman saya. Maaf jika ternyata kesimpulan saya ini tidak sesuai dengan pemahaman teman-teman yang pernah mengikuti atau terlibat langsung dalam training ESQ. ^_^

Pada ESQ model, lingkaran ke dalam (God spot) terletak pada dimensi spiritual (SQ) atau berada dalam alam bawah sadar kita. Lingkaran pada dimensi emosi (EQ) dan dimensi fisik (IQ) harus berada pada garis edarnya dan mengorbit pada Titik Tuhan (God spot). Seperti gerakan galaksi Bima Sakti (Milky Way), gerakan atom (Bohr), atau gerakan jamaah haji mengelilingi Ka’bah. Semua berthawaf. Tuduk pada sifat-sifat Tuhan. Konsep ini dinamakan God Sentris yaitu berpusat pada SQ.

Gambar : ESQ model

The ESQ Way 165 :

1 (satu) hati (value) yang ihsan pada God spot

6 (enam) prinsip moral berdasarkan rukun iman

5 (lima) langkah sukses berdasarkan rukun islam.

God spot sendiri didasarkan pada suara hati yang universal. Bahwa manusia siapa pun dia, agama apa pun yang dianut, bagaimanapun baik buruknya, mereka sebenarnya memiliki suara hati yang sama. Suara hati yang didasarkan pada Asma’ul Husna. Suara hati yang akan sama dirasakan oleh manusia di seluruh dunia. Dan inilah yang disebut dengan anggukan universal.

Bahwa setiap manusia sebelum dilahirkan telah membuat perjanjian dengan Allah. Mengakui bahwa Allah-lah Tuhan mereka yang satu. Tidak ada Tuhan selain Dia. Saat ia lahir maka orang tuanyalah yang membuat dia menjadi pemeluk islam, nasrani dan sebagainya.

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan Bani Adam keturunannya dari sulbinya, dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya sendiri (atas pertanyaan), ‘Bukankah aku Tuhanmu?’ Mereka manjawab, ‘Ya, kami bersaksi!’ (Yang demikian itu) supaya jangan kamu berkata di hari kiamat, “Kami tiada mengetahui hal ini.” (QS. Al A’raaf : 172)

Setiap diri dikarunia oleh Allah sebuah jiwa. Dengan jiwa itu ia bebas menentukan pilihan. Untuk berhenti di persimpangan-persimpangan yang kecil atau berhenti di persimpangan yang besar. Memilih antara kebaikan dan keburukan. Memilih untuk bereaksi positif atau negatif. Melanjutkan atau berhenti. Sabar atau marah. Sehingga kitalah yang menjadi leader bagi diri kita. Bukan orang lain ataupun lingkungan kita. Kitalah aktornya, aktor untuk hidup kita. Kita pula lah yang menjadi penanggung jawab atas sikap yang telah kita ambil.

Dorongan suara hati itu misalnya saat hendak melakukan keburukan maka suara hati nurani akan melarangnya. Begitu berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani, maka ia akan menyesalinya. Namun adakalanya suara hati terbelenggu dan “buta”. Buta untuk melihat nilai-nilai universal itu. Seringkali kita mengabaikan suara hati yang akhirnya mengakibatkan terjerumus ke dalam kejahatan, kecurangan, kekerasan, kerusakan, dan lain-lain.

Saat manusia begitu dekat dengan Allah. Maka dititik itulah kita akan mampu melihat segala sesuatu dengan lebih bijak. Kecerdasan spiritual kita terasah. Seperti Utsman bin Affan yang bisa membaca wajah orang yang maksiat. “Hati-hati dengan firasat orang mukmin, sebab ia melihat dengan nur Allah.” Lalu, bagaimana dengan kita? Astaghfirullah… Mari perbaiki diri.

Hati yang terbelenggu yang menyebabkan kita “buta”. Buta dalam membedakan kebaikan yang ikhlas dengan kebaikan karena mengharapkan pujian dari orang lain. Buta karena merasa diri jauh lebih baik dari orang lain. Buta karena terlalu asyik berprasangka negatif pada saudaranya.

Dalam ESQ untuk menjadikan kita bisa “melihat” lebih jelas, bersikap lebih tegas maka kita harus mengembalikan manusia pada fitrahnya, pada God spot-nya. Dengan demikian manusia mampu melihat dengan mata hatinya. Mampu memilih, memilah dan memprioritaskan pilihan yang benar sesuai dengan suara hati. Sesuai dengan tuntunan dari Ilahi Rabbi.

Pembersihan God spot disebut Zero Mind Process. Zero Mind Process (ZMP) adalah pembentukan hati dan pikiran yang jernih dan suci. Kemerdekaan berpikir akan melahirkan pribadi-pribadi kreatif, berwawasan luas, terbuka, fleksibel, mampu berpikir jernih dan God spot yang kembali bercahaya (Ari Ginanjar Agustian, ESQ, hlm.83).

Gambar: Zero Mind Process

Hasil akhir dari ZMP adalah melahirkan suara hati ilahiah. Sehingga kita akan menjadi orang yang merdeka. Orang yang bebas dari prasangka-prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang salah, pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, egoisme kepentingan, pembanding-pembanding yang subyektif dan belenggu-belengu fanatisme yang menyesatkan.

God spot menjadi pusat orbit dari keseharian hidup kita. Suara hati manusia adalah kunci spiritual karena ia adalah pancaran sifat-sifat Ilahi. Ketika jiwa manusia mengangguk, mengakui Allah sebagai Tuhan-nya maka saat itulah sifat-sifat Tuhan yang suci dan mulia muncul dari dalam God spot-nya dan dari situlah kecerdasan spiritual bermula. Anggukan yang membenarkan suara hati yang didasarkan pada Asma’ul Husna itu terus berjalan dan bisa dirasakan kecuali jika hati dalam keadaan tertutup. Untuk itulah manusia harus mencapai titik zero dan terbebas dari belenggu-belenggu pikiran (Agustian, hlm.86-87).

Karena dosa itu membelenggu. Keburukan yang kita lakukan itu tanpa kita sadari telah membuat kita jauh dari Allah. Dibutuhkan kejernihan hati sebelum mencari dan menemukan kebenaran. Kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah, Sang Pencipta.

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”

Allahu a’lam bish shawab…


Referensi:

1. Al Qur'an

2. ESQ, The ESQ Way 165, Ary Ginanjar Agustian.

3. The Way to Win, Solikhin Abu Izzudzin.

Sabtu, 06 November 2010

Duka Tanah Kita....

Kala bencana datang melanda
Porak poranda tanah kita
Semua orang terhentak ingin bertanya
Mengapa terjadi? mengapa?
Mengapa terjadi? mengapa?

Tangisan derita menyayat jiwa
Kezhaliman mengungkung masa
Apakah kebenaran telah binasa?
Mengapa terjadi? mengapa?
Mengapa terjadi? mengapa?

*Nafsu angkara murka
Telah gelapkan manusia
Merebak gulita lenyapkan cahaya
Tibalah azab bencana

Telah nampak nyata, kerusakan di dunia
Karna perbuatan tangan keji manusia
Bencana dan peperangan makin merajalela
Hanya pada Mu Tuhan kami mohon perlindungan.
(Duka Tanah Kita, Justice Voice)

Duka tanah kita. Tepat memang judulnya dengan kondisi Indonesiaku saat ini. Pertiwi pun menangis lagi. Menangis melihat Wasior nun jauh di Papua sana terendam banjir. Menangis melihat penduduk di lereng Gunung Merapi yang tunggang langgang menyelamatkan diri. Menangis melihat Mentawai yang luluh lantak diterjang tsunami.

Saya tidak akan mengomentari bagaimana penanganan bencana —yang kata banyak media— begitu lambat. Begitu lambat untuk sampai ke Mentawai, Wasior dan Merapi.

Di saat keadilan, kesejahteraan dan keamanan adalah barang mahal dan mungkin hampir hilang di negeri ini. Saat kebutuhan pokok melambung tinggi, meroket yang akibatnya mencekik rakyat miskin. Saat para pejabat negeri ini sibuk dengan pencitraan diri. Saat para wakil rakyat sibuk plesir ke luar negeri. Saya melihat sesuatu yang ternyata tidak hilang dari rakyat negeri ini. Empati. Kepedulian terhadap sesama penduduk negeri yang bernama Indonesia. Indonesia memang mendapat cap sebagai negara yang tingkat korupsinya gila-gilaan. Namun, kepedulian itu masih ada.

Masih banyak rakyat yang peduli melihat saudaranya yang menangis kehilangan sanak keluarga dan harta benda. Masih banyak yang peduli melihat saudaranya tidur berjejalan dan kedinginan di tenda pengungsian. Hingga bantuan selimut berdatangan dari penjuru negeri. Masih banyak yang peduli melihat mereka yang kelaparan di barak pengungsian, hingga bantuan makanan itu juga mengalir ke mereka yang tengah berduka.

Saya pernah menangis dan ternganga saat tsunami menerjang Aceh tahun 2004 silam. Menangis melihat begitu banyak korban yang jatuh baik yang meninggal, luka-luka baik itu luka ringan maupun yang berat, kehilangan sanak keluarga. Ternganga melihat begitu banyak orang yang rela menyisihkan harta mereka untuk Aceh. Saya ingat betul hari itu saat SMA, setelah upacara bendera hari senin, diumumkan bahwa sekolah menerima sumbangan untuk tsunami Aceh.

Antrian panjang yang mengular mulai terbentuk. Teman-teman, kakak-kakak serta adik-adik kelas banyak yang menyisihkan uang jajannya hari itu untuk disumbangkan. Begitu juga dengan guru-guru. Ternyata banyak sekolah hari itu juga melakukan hal yang sama dengan sekolah kami. Seorang teman saat saya tanya mengapa memberikan semua uang jajannya hari itu. Dia menjawab seperti ini, “Mi, aku memang tidak jajan hari ini. Besok masih bisa jajan. Tapi orang di Aceh sana apa masih bisa jajan seperti aku?”

Terkenangku pada gempa di Padang tahun lalu. Gempa yang meluluhlantakkan Padang. Saat itu teman-teman kampus saya banyak yang turun menjadi relawan di sana. Berangkat penuh semangat demi meringankan beban warga Padang.

Seberat apapun musibah yang melanda Indonesia. Masih ada—banyak bahkan—nurani-nurani yang terketuk, terpanggil untuk membantu. Bantuan yang diberikan mungkin tidak seberapa. Namun sungguh berarti bagi yang dilanda musibah. Karena kepedulian, bantuan dan uluran tangan penuh kasih itu menjadi penguat kala rapuh mendera. Walaupun kekuatan yang paling penting adalah IMAN.

Indonesia memang menangis. Indonesia memang berduka. Indonesia pun menjerit menahan pilu yang mendera rakyatnya. Ya, Indonesia memang pantas berduka mengingat bencana yang datang bertubi-tubi. Namun masih ada tangan-tangan yang akan menghapus airmata itu. Merengkuh mereka dalam pelukan hangat penuh cinta atas nama persaudaraan. Masih ada tangan yang akan menggenggam tangan-tangan rapuh itu untuk saling menguatkan. Percayalah. Harapan itu masih ada!

Kini media disibukkan dengan Wasior yang masih saja terendam banjir. Mentawai yang belum juga mendapat suplai bantuan. Merapi yang terus saja “batuk”, memuntahkan lahar, abu vulkanik yang menurut berita terakhir hingga ke Jawa Barat dampaknya.

Hingga kini bantuan terus datang dari berbagai penjuru negeri. Untuk meringankan beban mereka yang dirundung duka. Semoga senyum anak bangsa ini akan kembali terukir setelah duka berkepanjangan mendera negeri. Amin.

Saya juga mengacungkan dua jempol untuk kinerja TNI. Menjadi garda depan dalam penyelamatan dan tanggap bencana. Saya melihat–lewat tivi, hehehe--bagaimana mereka berjibaku untuk menyelamatkan warga Wasior yang dilanda banjir. Memberi bantuan untuk korban bencana gempa dan tsunami di Mentawai. Dan, berupaya mengevakuasi warga dan korban meninggal akibat muntahan Merapi.

Masih begitu banyak rakyat Indonesia yang peduli pada saudaranya setanah air. Masih banyak. Harapan itu jelas masih ada. Masih ada. Masih dan akan selalu ada!

Saya terkenang pada satu program yang waktu itu di-launching oleh sebuah lembaga amil zakat. Kembalikan Senyum Anak Bangsa (KSAB). Teringat akan duka Indonesia, semoga senyum anak bangsa ini akan kembali. Semoga… Kabulkan, Ya Rabb…

Kembali saya teringat dengan SMS yang dikirim oleh sahabat saya:
“Semoga Allah memberi pelangi disetiap badai. Memberi senyuman disetiap airmata. Dzikir lembut disetiap hela nafas. Memberi kebaikan disetiap kehidupan. Memberi berkah disetiap cobaan. Dan, memberi jawaban indah disetiap doa-doa kita. Amin.”

Setidaknya banyak hikmah yang bisa diambil dari musibah yang datang bertubi-tubi ini. Saya sendiri menghaturkan beribu syukur pada Allah karena berada ditempat yang aman—insya Allah. Saya masih bisa makan enak. Masih bisa tidur nyenyak tanpa takut akan adanya gempa susulan, banjir bandang ataupun abu vulkanik yang akan merusak sistem pernafasan. Saya masih bisa beraktivitas seperti biasa. Kesana sini dengan nyaman—walaupun kadang was-was juga takut copet dan maling, hehe.

Setidaknya bila dibandingkan dengan pengungsi Mentawai, Merapi dan Wasior, saya jauh lebih beruntung. Jauh sekali. Alhamdulillah…. Syukurku pada-Mu, Duhai Sang Maha Melindungi.

Bukan maksud saya untuk tertawa diatas penderitaan saudara-saudara saya yang berada di pengungsian, saudara-saudara saya yang menjadi korban bencana alam itu. Tapi saya mencoba untuk mensyukuri nikmat yang ada pada saya. Mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah untuk saya. Karena manusia kadang kala—sering bahkan—melupakan nikmat yang telah diberikan Allah. Astaghfirullahal ‘adzhim…. Ampuni kami, Ya Rabb.

Dan kembali saya terkenang pada sosok mulia itu, sosok yang hingga kini hanya bisa saya telusuri lewat sirah nabawiyah. Rasulullah, Muhammad. Beliau telah mengajarkan agar disetiap musibah yang melanda hendaknya kita mengucapkan ucapan yang baik, yaitu innaalillaahi wa innaailaihi raajiuun. Mengembalikan semuanya kepada Allah. Singkatnya dari Allah kembali ke Allah (Kok, seperti judul lagu nasyid ya? hehe.)

Begitu banyak harapan di negeri yang gelarnya gemah ripah loh jinawi dan zamrud katulistiwa ini. Semoga Indonesia akan bangkit dari keterpurukan. ^_^

Ya Rabb, lindungi saudara-saudara kami yang kini tertimpa bencana….
Kuatkan mereka, Ya Aziz….
Tegarkan mereka, Ya Rahman….

Teringat akan doa ma’tsur yang sering dibaca pagi dan petang, Doa yang ada dalam surat kedua dalam Al Qur’an, yang artinya:
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Wahai Tuhan kami, jangan Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimanaEngkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami dan rahmatilah kami. Engkau pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir. (Al Baqarah : 286)

Harapan itu masih ada!!
Saatnya kembalikan senyum anak bangsa!

Allahu a’lam bish-shawab.

Sarjana B. 18, 5 November 2010.
20.35

“Rahmi Badar”

Rabu, 03 November 2010

Sebiru Hari Ini


Awalnya iseng-iseng buka web-nya Edcoustic. Eh liat judul lagunya kok ya seru banget. bikin penasaran. jadinya searching di google, pengen liat lagu itu temanya tentang apa gitu. eh pas ketemu, kayaknya keren tuh. temanya soal persahabatan sih...

kebetulan emang lagi kangen sama sahabat-sahabatku yang nun jauh di sana. udah pada pulkam semua. mana ada yang jarang bales SMS pula. Jadi tambah kangen.

dulu, mudah nian menemukan mereka. bertemu mereka. bercanda, tertawa bersama. menangis bersama. masak-masak n makan-makan (walaupun yang dimasak, entah gimana rasanya. Jadi artis (ada rumah tidur sembarangan), berkelana dari satu kost ke kost yang lain. hehehe.

pulang kemalaman, hingga kena tegur para ikhwan (karena sering pulang maghrib, hihihi). saling cela. saling tegur. saling menasehati. saling--kadang-kadang-- sok tau. (huihihi).

Makin kangen sama mereka... apalagi buku yang dibaca akhir-akhir ini lebih banyak soal persahabatan.

yang paling diingat saat aku sama erma make baju yang sama--baju waki--, jilbab putih, rok hitam (kalo erma rok biru dongker) dan ransel hitam. Wandi, pales dkk deh sibuk bergaya ala ibu-ibu yang sedang nyanyi qasidah. Pada gak sopan itu adek-adek sama mbak-mbaknya. hehehe. ulah mereka akhirnya memancing orang-orang untuk memperhatikan kami berdua. erma dengan kalemnya ngomong begini "Dak apo mik, itu tandonyo kito emang ado chemistry-nyo." (halah, apo dio oi maksudnyo ini? Keluar deh bahasa kerajaannya, huihihi...) akhirnya jawaban ngelantur keluar dari mulutku, "Kami kan make telepati... hahaha".

ingat dengan teman-teman "satu lingkaran". yang hampir tiap minggu ngumpul di satu tempat. hahaha. Tak terpisahkah sejak 2005. hingga takdir Allah memisahkan kami. masing-masing pulang ke kampung halamannya. saling menasehati, saling dukung, saling menguatkan. ah... mengingat wajah itu satu persatu membuat mataku gerimis. karena ada kalian disisiku, lima tahun ini begitu berwarna. warna-warna cinta....

Duhai Allah Sang Maha Cinta, sampaikanlah kepada mereka bahwa aku merindukan mereka.
Semoga mereka semua selalu dalam lindungan Engkau Ya Allah...
Semoga mereka selalu dalam petunjuk-Mu Ya Rabb...
Tetapkan mereka untuk selalu dalam hidayah-Mu Ya Ilahi...

Untuk Erma Fitriyani, Heriyah, Lidiawati, Reni Sarlin, Prati Negasari, Listiyorini, Era yuliana, Yenni, Wulan, Lena, Sherly Korpriyanti, Rizka Melita Sari, Aida FKIP, Anita, Ida Fahrika, Fadilah, Ari Diliyanti Puspita, Shinta Ambar Wulan, Rani Rajungan Eska Tantri, Heti Andriyani, Neli Liana, Novetri Sari, Nurul Aisyiah, Aku merindukan canda tawa kita lagi. i love you coz Allah. semoga persaudaraan ini kekal hingga ke jannah-Nya.
amin....

nah, aku mengetik entri ini sembari ditemani oleh lagu edcoustic sebiru hari ini. Lirik yang membuat mataku basah, ingat kalian. ini lirik sebiru hari ini....

Sebiru hari ini, Edcoustic

Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang
Sebiru hati kita, bersama di sini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

reff:
Bukankah hati kita telah lama menyatu
Dalam tali kisah persahabatan ilahi
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya
Hapus air mata meski kita kan terpisah
Selamat jalan teman
Tetaplah berjuang

Semoga kita bertemu kembali
Kenang masa indah kita
Sebiru hari ini

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga

Seindah hati kita, walau kita kan terpisah

intro

reff 2x

Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman surga
Seindah hati kita, walau kita kan terpisah


Semoga rindu ini tersampaikan pada kalian....
Miss u guys...
Kalau pun kita tak bisa bertemu langsung, semoga kita saling menguatkan lewat doa, saudaraku.

yang merindukan kalian
Rahmi Badar

Sarjana B 18, 3 November 2010.
10.15

Jumat, 29 Oktober 2010

soundtrack hidupku....

Sepertinya saya nggak mau kalah dengan salah satu blog yang rajin saya kunjungi. Sebuah blog yang menginspirasi saya. Banget, untuk itu saya menghaturkan beribu terima kasih pada KGC OI (Komunitas Generasi Cendekia, Ogan Ilir)yang awal ramadhan kemarin mengajak saya bergabung di acara pesantren kilat.

Saat itu sang trainer yang dipesan langsung dari Trustco (hihihi, afwan ya Kak), Kak Aang Kunaifi memutarkan salah satu video yang full inspirasi. video milik Danang A. Prabowo, anak IPB. Waaah, pokoknya menginspirasi deh. Kalo mau lihat videonya silahkan klik di www.danangap7.multiply.com. Terbuka untuk umum kok. (Weleh... weleh... apa maksudnya itu. hehe)

Lama kemudian baru saya dapat video aslinya. Kalo mau diceritain proses mendapatkan videonya, panjaaaang banget. Jadi dipersingkat aja yah. sedikit maksa, ya?

Ok, jadi hubungan antara judul di atas dan video danang adalah saya menemukan alamat blognya (halah, jauuh banget dari perkiraan ya? hihihi....)

Nah, salah satu postingan blog itu adalah, sountrack jejak-jejak perjalanan seorang Danang A. Prabowo. Diakhirnya Danang menuliskan (yang intinya kayak gini, kira-kira. hehe, itu merupakan soundtrack jejak-jejak dia, dan carilah soundtrack jejakmu sendiri.

Akhirnya ketemu juga soundtrack untukku, yang jelas sangat cocok untukku saat ini. Pas banget deh. nah ini judulnya "HERO" yang nyanyinya Mariah Carey. Kalo mo denger lagunya silahkan cari aja di google atau yahoo.

Liriknya seperti ini:

"HERO" mariah carey

There's a hero if you look inside your heart
You don't have to be afraid of what you are
There's an answer if you reach into your soul
And the sorrow that you know will melt away

R: And then a hero comes along
With the strength to carry on
And you cast your fears aside
And you know you can survive
So when you feel like hope is gone
Look inside you and be strong
And then you'll finally see the truth
That a hero lies in you

It's a long road when you face the world alone
No one reaches out a hand for you to hold
You can find love if you search within your self
And the empitiness you felt will disappear

Back to R

# Lord knows dreams are hard to follow
But don't let anyone tear them away
Hold on, there will be tomorrow
In time you'll find the way

Back to R

Oh iya lirik ini didapat dari www.rizkyonline.com.

Bener deh kata Pak Sholikhin Abu Izzuddin, kalo motivasi dan semangat itu seharusnya datang dari diri sendiri. Sehingga motivasi itu awet, melekat pada diri kita. Nah, lagu itu juga mengatakan hal itu.

I love that song!

"Radisty Badar"

Selasa, 19 Oktober 2010

Almamatermu vs Almamaterku

Sebenarnya wacana ini sudah lama bergulir diantara kami. Antara saya dan dua teman. Setamat SMA, kami bertiga diterima di universitas yang berbeda. Saya sendiri diterima di Universitas Sriwijaya (Unsri). Seorang lagi di Universitas Andalas (Unand) dan yang satu lagi terdampar di IPB. Hihihi.

Teman saya di Andalas yang pertama kali membuka wacana ini. Saat kumpul-kumpul lebaran adalah saat yang selalu jadi arena debat yang sengit antara saya dan dua teman saya itu. Khususnya teman saya yang kuliah di Andalas. Seiring berlalunya waktu, saya pikir masalah itu pun juga akan terlupakan. Biarlah mengendap begitu saja. Namun harapan tinggal harapan, karena teman saya ini sepertinya senang sekali mengulasnya kembali. Dalam hati saya berfikir, “Kok ya nggak capek-capek membicarakan hal ini terus?”. Saya aja bosan!

Terakhir saat kami berbincang via telepon, lagi-lagi ia mengungkit masalah yang sama. Dia mempermasalahkan mengapa banyak orang-orang hanya berfikir untuk melanjutkan kuliah di Palembang dan Lampung. Tidakkah terpikir oleh mereka untuk melanjutkan kuliah keluar Sumatera Selatan dan Lampung? Dan, akhirnya membanding-bandingkan antara Unsri dan Unand. Membandingkan grade Unand yang jauh diatas Unsri. Membandingkan bahwa lulusan Unand—yang kata teman saya—80% sudah diterima bekerja dibandingkan lulusan Unsri. Dan masih banyak lagi yang ia katakan.

Saya tidak menyalahkan pendapat teman saya tersebut, namun tidak pula membenarkan. Mungkin di satu sisi ia benar, namun di sisi lain ia salah. Ya kan?? Setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda dalam memilih universitas. Karena alasan jarak, keuangan ataupun kualitas universitas itu sendiri.

Saya hanya mencoba berfikir ulang dengan lebih mendalam. Mencoba merenungi lebih jauh. Mencoba berfikir lebih jernih. Akhirnya timbul pertanyaan dalam diri saya.
Benarkah sukses atau tidaknya seseorang itu tergantung dari asal almamaternya?
Benarkah sukses tidaknya seseorang ditentukan dari universitas mana ia mendapatkan titel?
Benarkan lulusan dari universitas yang grade-nya jauh lebih rendah tidak akan sukses meniti karirnya?
Benarkah lulusan dari universitas yang grade-nya tinggi akan lebih sukses dari lulusan universitas yang grade-nya rendah?

Masih banyak benarkah-benarkah lainnya yang memenuhi kepala saya, meminta jawaban secepatnya. Sepertinya agak berlebihan ya??? Hehe.

Dan, akhirnya saya temukan jawaban dari masalah ini. Jawabannya ada dalam buku ESQ yang ditulis oleh Bapak Ari Ginanjar. Ternyata kita sering terjebak pada belenggu-belenggu yang ada pada diri dan lingkungan kita. Kita sering kali terjebak pada tujuh belenggu yakni prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang salah, pengalaman yang membelenggu pikiran, egoisme kepentingan, sudut pandang, pembanding-pembanding yang subyektif serta fanatisme yang menyesatkan. Hal inilah yang mempengaruhi cara seseorang dalam menyikapi suatu masalah.

Dari tujuh belenggu itu saya mengambil dua belenggu yaitu sudut pandang dan pembanding. Sering kali kita membandingkan sesuatu dengan pengalaman sebelumnya dan konsep yang kita pikirkan sendiri. Begitu juga dengan orang lain. Kita membandingkan sesuatu berdasarkan pembanding yang sangat subyektif. Berdasarkan pada kacamata kita sendiri. Mengukur orang lain dan sesuatu itu dengan baju kita sendiri. Hingga kita terjebak pada hal yang picik menurut saya.

Ini adalah keyakinan saya pribadi, bahwa “SUKSES TIDAKNYA SESEORANG TIDAK DITENTUKAN DARI ALMAMATERNYA.”

Sukses tidaknya seseorang tidak ditentukan darimana ia mendapatkan titel tersebut. Karena setiap orang memiliki potensi untuk sukses. Setiap orang memiliki potensi untuk maju. Semua itu kembali lagi ke kita, mau atau tidak mengambil momentum untuk meraih kesuksesan.

Picik rasanya jika memandang sukses atau tidak seseorang dari lulusan mana ia berasal. Tidak adil rasanya jika menilai orang lain hanya dari tampilan luarnya. Karena, begitu banyak orang yang luar biasa dengan penampilan yang sangat bersahaja.

Sekarang ini menjadi tidak penting membahas lulusan dari universitas mana. Yang paling penting adalah ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan. Apakah ilmu itu bisa kita terapkan dalam kehidupan atau tidak. Apakah ilmu itu mampu menjadi amal jariyah yang akan menjadi penerang di alam kubur atau tidak. Ataukah ilmu itu malah akan menjadi cambuk yang akan mengantarkan kita pada sakitnya siksa kubur dan panasnya neraka.

Yang jadi persoalan itu seberapa bermanfaat kita untuk umat ini. Percuma rasanya jika titel yang ada di depan dan di belakang nama kita begitu banyak namun tak sesuai dengan kelakuan. Orang-orang merasa jauh lebih aman jika berada jauh dari kita. Kehadiran kita tidak pernah diharapkan. Bahkan orang-orang merasa gembira dengan ketiadaan kita di sekitar mereka. Na'udzubillah….

Tanpa perlu mempermasalahkan lulusan dari mana dan seberapa bergengsi universitas yang menaungi kita selama ini. Marilah berfikir dan bertindak untuk menerapkan ilmu yang di dapat selama ini demi kesejahteraan umat. Karena telah lama rakyat “dijajah” oleh bangsanya sendiri. Lihatlah, begitu banyak orang pintar di negeri ini. Namun pada kenyataannya tega membodohi saudaranya sendiri. Begitu banyak orang dengan titel yang berjejer di depan dan belakang namanya, namun sanggup menikam saudaranya.

Sudah terlalu lama rakyat negeri ini dibodohi. Bangkitkan kesadaran untuk melawan. Jangan hanya diam membisu. Jangan hanya jadi penonton. Jadilah pelaku sejarah. Jangan pernah berharap balasan dari manusia. Biarlah Rajanya manusia yang akan membalas jerih payah kita selama ini.

Sekarang, masihkah perlu membahas dari universitas mana gelar itu kita dapat? Saya fikir itu sudah tak penting lagi!

Mengutip kata-kata dalam buku Happy Ending Full Barokah: “Belajar bukan sekedar “mengisi diri” dengan koleksi ilmu tetapi bagaimana setiap ilmu yang kita miliki, penelitian yang dilakukan, jabatan yang dipikul, amanah yang diemban, bisa menjadi kebaikan yang mensurgakan. Membuat kebijakan yang melahirkan kebajikan.”

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”

Allahu a’lam bish shawab…



B. 18, 12 Oktober 2010
13.21
Radisty

Untukmu Duhai Sahabat

Untukmu duhai sahabat…

Kadang kala aku merasa tak mampu untuk bangkit lagi
Setelah jatuh berulang kali
Merasa diri tak kuasa untuk berlari….
Mengejar langkah-langkah kalian
Yang terlalu jauh untuk kutelusuri

Tapi…
Ada keyakinan dalam diri
Bahwa diujung jalan itu
Ada kalian yang tengah menanti
Dan, ‘kan kita lalui jalan itu
Bersama-sama lagi!

Bersama meraih jutaan mimpi
Yang kita gangtung di langit berjuta impian
Dengan tangga perjuangan.

Bersama melukis pelangi
Dengan warna-warna cinta dan pengorbanan
Pada kanvas-kanvas kehidupan.

Terima kasih….
‘Karna tetap berada di sisi.
Terima kasih….
‘Karna telah setia menemani.

Suatu saat,
Akan kutulis kisah kita
Pada lembar-lembar diari kehidupan
Dan, ‘kan kuceritakan pada generasi selanjutnya
Bahwa aku pernah dan masih
Memiliki sahabat yang luar biasa seperti kalian.



B 18, 9 oktober 2010
11..26
Radisty

Rabu, 06 Oktober 2010

Ibunda....

Mother....
Ibunda....
Ummi....
Mummy....
Umak....
Emak...


apapun itu panggilanya, ia tetap--menurutku--wanita luar biasa.
^-^

pertama kali mendengar lagu yang diputar saat ada acara pesantren kilat di SMAN 1 Inderalaya, aku sudah jatuh cinta dengan lagu itu. Lagunya keren. jadi penasaran apa judul lagu itu???

ternyata hari ini, secara sengaja membuka blog www.danangap7.multiply.com ketemu lagunya.
hehehe. akhirnya memutuskan untuk mendownload lagu itu. eh pas tau arti lagunya aku makin suka sama lagu itu. lagunya itu berjudul Mother yang nyanyi Seamo. nih tak tulis juga lirik lagunya... iya liriknya dapet dari google

SEAMO MOTHER LYRICS

Hi Mother, Haikei, genki ni shitemasuka?
Saikin renraku shinakute gomen Boku wa nantoka yattemasu...

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Chikaku ni iru to iradatsu kuse ni Tooku ni iru to sabishiku kanji
Anata wa sonna sonzai Donna mondai mo Mi wo kezutte kaiketsu suru
Soshite Boku no shitteru dare yori mo Ichi-ban gamandzuyoku TAFU desu
Itsumo massaki ni ki ni suru Jibun janaku boku no karada de

Suiji sentaku Souji ni ikuji Amatta jikan sara ni shigoto shi
Ichi-ban hikui basho ni aru mono shika Motomenakattano Anata yo
Atarimae sugi wakaranakatta Hitori de kurashi hajimete wakatta
Anata no sugosa Taihensa Sore wo omoeba Kyou mo boku ganbareru sa

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai

"Ashita asa shichi-ji ni okoshite" to itte
Anata jikan doori ni okoshite kurete
Shikashi Rifujin na boku wa
Neboke nagara ni iu kotoba wa "Urusee!"
Konna kurikaeshi no RUUTIN Iyana kao hitotsu sezu ni
Anata Mainichi okoshite kureta
Donna mezamashi yori atatakaku seikaku datta

Sore de mo aru hi Gakkou wo ZURUyasumi "Ikitakunai" to ii
FUton kara ichido mo denu boku mae ni Kao wo ryoute de ooikakushi
Oogoe agete naita Boku mo kanashikute naita
Sono toki boku wa "Nante baka na koto wo shitan da" to jibun semeta

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Kanshashitemasu My Mother

Kodomo ni sakidattareru hodo Tsurai koto nante Kono yo ni nai no dakara
Tatta ichi-byou de mo Anata yori nagaku ikiru koto Kore dake wa mamoru
Kore dake wa...

Anata no kodomo de yokatta Anata ga boku no haha de yokatta
Itsu made mo kawaranai Zutto zutto kawaranai
Boku wa anata no ikiutsushi dakara...

Chiisana karada ni chiisana te Shiraga mo majiri Marukunatte
Shikashi boku ni wa Nani yori mo ookikute Dare yori mo tsuyokute
Sasaete kureta kono ai Dakara kodomo ni mo tsutaetai

Zutto boku no haha de ite Zutto genki de ite
Anata ni wa mada shigoto ga aru kara Boku no oyakoukou uketoru shigoto ga...

--------------------------------------------------

Hi Mother, Dear Mother, how are you doing?
Sorry I haven’t called recently, I’m getting by okay…
*Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more genial
But to me you’re still bigger than anything, stronger than anyone
I want to tell my kids about this love that supported me

Even though I grow impatient when I’m near you
When you’re far away from me I grow lonely
That’s who you are to me, you can cut through any problem and solve it
And you have the most patience and toughness of anyone I know
You would always be concerned over my well-being before your own

Cooking, doing the laundry, cleaning, raising a child
You even worked during your free time
You would only require things from the lowest places
I didn’t understand even though it was so obvious
It wasn’t until I started living by myself that I understood
Whenever I think of how much you’ve accomplished
And how hard it must have been, I feel like I can try my best today

(Repeat*)

I’d say, “Wake me up at seven a.m.”
And you would wake me up right on time
But I would be unfair to you
And say the words “shut up” while I was still half-asleep
This was the daily routine
You never made one tired face
And woke me up every day
Warmer and more accurately than any alarm clock

But then one day I skipped school and said, “I don’t wanna go”
I wouldn’t leave my futon and you stood in front of me
Hid your face with both hands and cried loudly
I also felt sad and cried
At that time I blamed myself wondering, “How could I be so stupid?”

Your body is small and so are your hands
White hairs are mixed in and you’ve grown more genial
But to me you’re still bigger than anything, stronger than anyone
I give you thanks for this love that supported me, my mother

I know there’s nothing more painful in the world
Than a parent burying their child
So I’ll make sure it never happens
Even if I only live one second longer than you
I’ll make sure of it…

I’m glad I’m your child
I’m glad you’re my mother
And that won’t ever change
It won’t ever change for all time
Because I am the very image of you…

(Repeat*)

Be my mother forever
Be well forever
You still have one more job left to do
And that’s to accept your son’s love and respect for you…


JAdi kangen ma ibunda ku tercinta....
love you mom....
^_^

"Radisty Badar"

Rabu, 04 Agustus 2010

entah

pasti aneh membaca untuk yang pertama kali judul itu. karena aku sebagai penulis pun juga ikutan aneh. sebenarnya apa yang ingin kutulis ya? banyak yang ingin dibagi sebanyak apa yang ingin kudapatkan.

semuanya berlalu begitu saja. ada hikmah yang bisa diambil. ada suka maupun juga duka. namun usia jelas terus bertambah membuatku harus tetap melangkah maju. pembicaraan yang menghiasi adalah soal kerja, tamat kuliah dan menikah. topik yang terakhir begitu sering dibicarakan. mulai dari si ini menikah, si itu menikah hingga pertanyaan kapan hendak menikah. nanti setelah tamat kuliah, kerja bahkan menikah pertanyaan yang diajukan akan berubah menjadi kapan punya anak, anaknya berapa?

memikirkan itu aku hanya bisa tersenyum... tidakkah orang-orang merasa bosan dengan pertanyaan-pertanyaan yang itu-itu saja?

sudahlah...

kok jadi terlalu berfilosofi ya??? sepertinya memang bukan aku banget. menurut beberapa orang aku simple minded. hah? apakah itu benar? is that true? yah yang punya badan malah nggak merasa sama sekali. hehehe.

tidak terasa agustus sudah dijalani. hitungan hari lagi menginjakan kaki ke ramadhan. bulan penuh berkah itu. namun aku merasa semua persiapanku selama dua bulan ini benar-benar minim. padahal Rasul yang mulia itu mencontohkan dengan mempersiapkan diri menghadapi ramadhan dua bulan sebelum ramadhan datang. aku bukan umat yang taat ya?

bulan kemarin aku hanya mempostingkan satu entri di blogku. entri yang aku rasa mewakili semua perasaanku. karena aku tidak bisa mengatakan secara langsung kepada orang-orang diluar sana. mencurahkan ke blog membuatku sedikit merasa bisa bernafas lega. entahlah sekarang aku juga harus bangkit. masa aku bisa membuat ibuku sidang munaqosyah, sedang aku tidak?

terlalu banyak yang terjadi membuatku harus jeli mengorek-ngorek hikmah yang tercecer dari semua ini. dengan begini semoga aku makin menjadi dewasa.

hingga doa dipenghujung shalatku adalah memohon keistiqomahan di jalan ini. aku merasa aku bukan siapa-siapa dan tidak akan berarti apa-apa tanpa islam. aku bisa tetap tegak karena rahmat Allah untuk membuatku di jalan ini. melihat satu per satu orang-orang yang gugur dari jalan ini, membuatku ingin tetap bertahan. semoga harapan itu tetap tumbuh dan makin kokoh di hatiku. entah berapa banyak badai yang datang, semoga ia tetap kokoh di dasar hatiku.

sepertinya terlalu banyak cerita yang telah ditulis. dan tak satupun yang saling memiliki koneksi satu sama lain.

hidup itu hanya satu kali, semoga yang satu kali ini mengantarkanku pada keridhoan Ilahi Rabbi.

semoga sebanyak apapun kesalahan yang telah kuperbuat, aku tak pernah lupa untuk memohonkan ampun atas semua khilaf yang telah kulakukan. dan semoga Allah yang maha penerima taubat mengampuniku.

terakhir MARHABAN YA RAMADHAN. semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari ramadhan tahun kemarin. go go mujahid, mujahidah! ayo sambut festival full pahala ini dengan suka cita dan kegembiraan yang akan mengantarkan kita menjadi pemenang di syawal nanti.
amin
amin
amin...

"Rahmi Badar"

Selasa, 13 Juli 2010

mengertilah, ku mohon....

aku tak pernah menuntutmu untuk selalu ada dalam setiap masalahku.
aku hanya memintamu mengerti aku.
ada saat aku ingin sendiri
ada saat aku ingin berbagi
ada saat aku ingin dimengerti.

pernahkah sekali saja,
kau berkata padaku
"jika memang engkau tak sanggup lagi, berhentilah.
berhentilah untuk sejenak mengambil nafas kekuatan.
kemudian bangkitlah."

untuk sekali saja, mengertilah dengan apa yang kurasa.
untuk sekali saja, berhentilah menyemangatiku.
untuk sekali saja, bertanyalah tentang apa yang kurasa,
tentang semua luka ini,
tentang semua perasaan tersisih ini.
sekali saja bertanyalah padaku sahabat!
sekali saja....

aku tak butuh dengan segala macam support itu. aku hanya butuh didengarkan. aku hanya butuh telinga untuk mendengarkan semua kesahku.
yang kubutuhkan hanya tepukan lembut di bahuku,
hanya itu.
tidak lebih.

taukah kau???
pertanyaan yang terus-menerus kau tanyakan padaku,
pertanyaan yang sama yang ditanyakan orang-orang di luar sana padaku.
aku mungkin bisa menjawab dengan senyum, jika yang bertanya itu adalah orang-orang di luar sana.
tapi ini kau!
kau yang terus menerus bertanya padaku,
tidakkah kau tahu pertanyaan itu terus menyudutkanku,
terus menambah luka itu,
terus menambah sakit itu.

aku tidak akan mempermasalahkan jika yang bertanya orang-orang di sana.
jika ternyata yang bertanya itu orang-orang terdekatku, tidakkah kalian memberiku ruang untuk bernafas, atau sekedar beristirahat dari semua tekanan di luar sana.
mengapa tidak memberiku ruang untuk sekedar menenangkan pikiran?

bukan aku tak mau menyelesaikan secepatnya,
bukan aku tidak mau mempersembahkan itu pada orang tuaku secepatnya.
taukah kau?
aku menangis dalam hati saat melihat satu per satu kalian pergi meninggalkanku.
senyum dan tawa itu hanya semu.
aku hanya ingin kalian melihatku bahagia saat hari bahagia kalian.
aku tak ingin menambah beban jika menampakkan wajah sedih.

taukah kalian,
sempat terlintas dalam benakku,
memohon agar kalian tetap disampingku.
namun aku tak ingin egois,
kalian memiliki kehidupan sendiri, aku tak ingin memonopoli.
biarlah aku mengiringi kebahagiaan itu di sini.

kumohon berhentilah bertanya hal itu padaku.
tanpa kalian tanyakan aku pun memikirkannya.
jadi mengertilah, kumohon ....

Kamis, 03 Juni 2010

hmmmmm.....

Bangun pagi yang disertai dengan ogah-ogahan beranjak shalat subuh. Astaghfirullah. Alarm hp pun telah berdering sedari tadi. Bawaan ngantuk. Berat! Akhirnya bangun juga, dengan sedikit paksaan tentunya. Berjuang melawan kantuk yang tidak bisa diajak kompromi. Masuk kamar mandi pun dengan mata setengah terpejam. Akhirnya mata ini bisa melek dengan sempurna setelah air bak mandi dengan sukses mengguyur mukaku. Dingin. Cuci muka, sikat gigi dan wudhu.

Sesudah shalat subuh, Ria mengajakku keluar. Biasalah cari makan. Maklum di Unsri sedang musim UAS. Isi perut untuk energi menyelesaikan soal-soal UAS yang diberikan dosen. Rencana hari ini adalah ke Palembang. Mengambil tugas ibu yang kemarin diberikan ke Nurul. Atas perintah ibuku sih. Hehe…

Jam 8.30 baru beranjak dari depan laptop. Mandi. Sehabis mandi, nyetrika dulu. Nggak ada jilbab, baju dan rok yang sudah disetrika. Iseng aku meng-SMS Nurul, menanyakan hari ini ia ada di kostnya tidak. Karena aku akan ke sana. Dapat balasan dari Nurul, katanya tugasnya belum kelar, besok diantar ke Indralaya. Kecewa! Padahal aku ingin melepas suntuk jadinya memutuskan untuk ke Palembang. Eh, malah nggak jadi. Sedihnya…. Hiks....

Erma SMS katanya mau main ke kos. Eh, nggak lama dah nongol. Ckckck. Cepet banget. Katanya dari dinas luar, diminta ke diknas. Huuu, kesempatan! Ngobrol ngalor ngidul, nggak jelas juntrungannya. Eh, malah ngajak ke Gubuk Jaya. Mo liat2 buku. Pergi ke sana, malah buat nyesel ajah. Bukunya bagus-bagus. Cuma sayang nggak ada duit. Hiks..Hiks.. Ada tiga buku yang buat aku tergoda nih. Yang pertama, buku tentang blog. Haha. Emang lagi senang jadi blogger nih! Penasaran untuk bagusin blog, kayak blog orang laen. Buku kedua tentang belajar iqra plus cdnya. Metodenya beda tuh. Kalo iqra entah berapa jam baru bisa Al Qur’an, Al Barqy, delapan jam bisa baca Al Qur’an. Nah buku ini lima jam bisa baca Al Qur’an. Makanya aku penasaran. Gimana isi itu buku.

Buku yang ketiga, adalah doa untuk anak-anak bergambar. Hohoho. Sayangnya bukan emak-emak. Kalo dah punya anak, itu buku-buku mungkin bisa aku borong. Pengen beliin Bilal nih. Anak itu entah bagaimana melukiskan semangat belajarnya yang ampun deh. Bukan rajin, tapi mualas banget. Maen aja pikirannya. Baiklah, pelajari cara belajarnya dulu deh sama tipe kepribadian apa dia itu. Halah, dah kayak psikolog ajah!

Hari ini ngajar TPA. Rendi SMS katanya gak enak badan. Aduh pak, pak, kok ya baru SMS pas jam 4. Yah, mana sempat nyiapin bahan buat ngajar tajwid hari ini. Basrawi SMS katanya ketiduran. Jadilah aku ngajar sendirian. Mana ujan deras. Karena nggak tau mau ngapain. Akhirnya, aku tanya aja sama mereka mau apa. Katanya mau maen. Setelah di pikir-pikir lagi, ya deh nggak apa kalo mo maen. Jarang-jarang juga mereka dikasih kebebasan buat maen. Hehe…

Emang jadinya nggak belajar. Tapi aku jadi tahu mereka lebih jauh. Selain itu bisa masuk ke dunia mereka. Membiarkan mereka merancang sendiri apa yang mereka mau. Mengatakan apa yang mereka suka. Mengeluarkan unek-unek selama ini. Rata-rata sih mengeluhkan soal Rendi. Hahaha. Coba tadi bisa direkam. Biar diputar ulang di depan orangnya.

Aku terharu saat aku mengatakan nggak belajar, Yori dengan santainya mengeluarkan buku kemudian mencatat ulang surat Al Kafirun. Wah, semangat belajarnya patut diacungin jempol nih! Opi dan Imam yang semangat buat nanya-nanya. All about islam. Teringat percakapan dengan dua temanku. Yang satu pernah ikut ESQ Parenting, yang satu ikut seminar Smart Parenting.

Dari mereka berdua dapet pelajaran-pelajaran berharga. Katanya anak jangan dimarahin, kalo anak nanya-nanya dijawab ajah, tapi jangan boong juga jawabnya. Biarkan mereka menyelesaikan konflik mereka sendiri, orang tua hanya diminta mengarahkan. Beri mereka kepercayaan. Pokoknya banyak deh!! Penasaran pengen baca bukunya.

Hari ini malah ditambah dengan baca bukunya Asma Nadia, yang judulnya La Tahzan, Cinta Tak Pernah Menyerah. The Real Dezperate Housewives. Hahaha. Asli aneh-aneh banget! Perjuangan jadi ibu itu benar-benar nggak mudah deh. Salut deh buat para ibu. Semoga aku juga bisa jadi supermom. Duile, ngayal mulu! Bangun, non!

The last, terima kasihku untuk para adek-adek TPA yang sudah mengajarkan banyak hal padaku. Kesabaran, materi-materi baru, hingga senyum dan tawa itu. Serta mempelajari sifat mereka satu per satu. Mempelajari hal-hal baru yang berkaitan dengan mereka, supaya mereka bisa asyik belajar di TPA. Semua masih berproses. Semoga akan jauh lebih baik lagi nantinya.

Bersama mereka ada senyum, tawa, sedih dan juga luka. Story-nya nggak bakal selesai diceritain di sini. Masih banyak hal yang bisa menceritakan about mereka. Yang Jelas itu memberikan arti yang positif ke aku. Mereka mungkin tidak mengajari secara langsung. Mengajari mereka doa sehari-hari, perginya nggak tau itu doa, pulangnya doa itu dah lekat di kepala. Mereka belajar, dan aku juga turut belajar bersama mereka. Bukan aku aja yang ngaku kalo yang awalnya nggak tau atau lupa, pulangnya dah ingat. Hehe…

Dah panjang ya cerita kita. Lanjut lagi ah nanti! Lain kali ganti topik pembicaraan kita. Hari ini proses panjang tentang TPA. Besok-besok ganti lagi. Mana topik yang kira-kira menarik ajah buat diceritain. Hehe…

Sabtu, 29 Mei 2010

"Riak Rasa Di Hati Mei"

kemarin karena bingung hendak memutuskan apa, hingga aku memutuskan menelpon sahabatku, erma. Berulang kali aku menelponnya, tapi tak jua ia mengangkat teleponku. Kesal.

akhirnya aku memutuskan untuk menelpon sahabatku yang satu lagi. Hanya ingin curhat, walaupun aku tahu ia pun sebenarnya tak mengerti dengan apa yang aku akan ceritakan. hehehe.

Hingga ia menceritakan padaku bahwa minggu depan ia akan sidang skripsi. Senang aku mendengarnya. Walaupun sebenarnya terbersit rasa iri dihatiku. Kapan aku akan sidang skripsi juga?? kemudian akan mendapatkan gelar itu, S.IP. hehehe. Setidaknya aku merasa perjuangan beberapa tahun ini membuahkan hasil. gakgakgak.

Yang membuatku tertawa sendiri saat aku bertanya kapan ia akan sidang skripsi.
Mengapa??
Aku memasukkan namanya sebagai sahabat Mei, dan ia tamat lebih dahulu dari Mei.
Kok malah sama ya jalan ceritanya dengan hidupku???
jadi malu....
^_^

MAlamnya sahabatku Yenni, meng-SMS ku. Tumben pikirku, ia mengirim SMS padaku. Penasaran aku membuka SMSnya. Isi SMSnya membuatku mencari Riak Rasa di Hati mei-ku Penasaran.

Oh iya, isi sms itu adalah (kira-kira seperti ini )
"Amiiiikkk, kok cak curhat pribadi sih? Masalah dewek ya dimasukkan?"

Whatssss???? aku membaca ulang Riak rasa di hati mei. nggak ada tuh yang mirip dengan aku?? so???

dua kejadian hari itu, tak henti membuatku tersenyum.
kalo beneran cerita pribadi, dimanakah harus ku cari Bang Farid?hahaha

Gara-gara riak rasa di hati mei. aku harus merelakan teman2ku menjodohkan ku dengan farid.
hehehe. yang jadi pertanyaan, apakah aku harus naik kereta terus agar ketemu farid? atau, sering2 ke lampung siapa tau ketemu farid?

lha aku ngomong apa ya? hahaha. yang jelas yang namanya farid itu hanya imajinasiku. Kalo beneran dateng? yah, itu sih terserah Rabb ku saja. hehehe

dah dulu ah, ngomongnya malah ngalor ngidul nggak jelas gini.

untuk erma, yenni, novet, n rizka plus my beloved MR. terima kasih untuk supportnya.

Makasih juga untuk mbak alis, yang bersedia mengedit karyaku. untuk nama2 yang dipinjam sebagai karakter my first project, makasih banyak ya....

salam cinta,
amy_badar

Senin, 24 Mei 2010

aku dan perasaan ini. hehe

itu emang judul lagunya republik. tapi menurutku, hal yang sama dengan yang kurasa juga.
hehe. perasaanku sekarang, kayaknya hampir mati rasa deh.
hahaha.


duh.. duh.. jangan sampe ya.

merintis masa depan. aku sedang merancangnya, menjadi lebih indah. terima kasih telah memberikan berjuta warna di hidupku. entah suka, duka, atau sebagainya lah.

tapi dengan hadirnya kalian membuat hidupku lengkap. hehe.
terima kasih untuk orang-orang terkasih yang telah mengajari arti indahnya persaudaraan dan berbagi.
walaupun entah mengapa lidah ini terasa kelu untuk mengucapkan terima kasih pada kalian.
^_^

Kamis, 13 Mei 2010

Hari ini dan kenangan dua puluh tiga tahun silam


Mengapa aku memilih untuk memberi judul itu? Karena hari ini adalah tanggal 13 Mei 2010.
Tepat dua puluh tiga tahun lalu yaitu 13 Mei 1987 yang bertepatan dengan Ramadhan 1408 H (tanggalnya lupa) aku dilahirkan ke dunia ini.

Dan, aku ingin mengenang hal itu...
Mengenang kembali masa-masa yang telah terlewat.
hehehe

hpku berbunyi tepat saat jam menunjukkan pukul 00.24.
siapa yang SMS tengah malam begini? Ternyata dari Ria, keponakanku. Dia sedang mudik sekarang. Isi SMSnya seperti ini:
"Asw, Met Ulang Tahun, Bi"

hahaha. Ternyata dia adalah orang pertama yang mengucapkannya padaku.
Taklama kemudian, tepatnya jam 00.32 ada SMS masuk lagi, kali ini dari Erma. Isinya:
"Asw, Met Hari Lahir, Semoga dilancarkan semua urusan dan dimudahkan skripsinya + semakin sukses dunia dan akhirat."

Aku jadi berpikir, mereka berdua sepertinya kompak sekali untuk begadang. hehe. Aku jadi terharu karena kalian begadang untukku. Walah geer banget ami ni. padahal mereka mungkin emang gak bisa tidur, atau terbangun untuk qiyamullail. ^_^

Ibuku menelpon, tapi kok nggak ada yang ngomong ya?
hehe

Gak lama kemudian masuk SMS dari yuyung, my sister. Jam 06.42. Katanya:
"Seseorang yang istimewa bukan yang selalu di depan mata dan bukan pula yang senantiasa di sisi kita. Tapi dia yang senantiasa setia dan ingat kita dalam setiap lantunan doanya..." Met hari lahir tuk yundaku tercinta semoga yang dicita-citakan tercapai."
Ah. my lovely sista, makasih atas doanya ya....
love you....

"Selamat hari lahir, semoga cepat tamat. Nak kado apo kau?"
Ini bunyi SMS dari Ayukku. Hahaha, ini dia yang ditunggu-tunggu.
Makasih banyak ye....
Bentar lagi aku balik, jangan dak ado kadonyo.
hohoho.

Kata adek bungsuku: "Met ultah yuach, semoga panjang umur, sehat selalu dan cepat tamat."
Mokasih dek, hehe... Pagi-pagi dah menyempatkan SMS ayuk, walaupun pake acara SMS sambil nyapu halaman. hahaha.

"Aslmkm, Ami met hari lahir ya. Moga selalu diberikan berkah di sisa umurmu, dan dimudahkan Allah dalam setiap langkah." Dari: Nurul. Terima: Kamis, 13 Mei 2010. 09.13

"Aslmkm... Happy milad yow mi.. Moga berkah sisa umurmu, moga tercapai apa yang dicita-cita dan cinta kan... Amin.. Ditunggu traktirannyo." Dari: Neli. Terima: Kamis, 13 Mei 2010, 09.14

Wah, mereka berdua kompak banget yah.... tapi terima kasih deh, doanya....

Kata Novet sebelum ia pulang mudik, "Mi, selamat ulang tahun ya... Aku dak ado pulsa nak SMS."
Hehe. makasih ya. Cepet pulang ke layo kalo mau traktiran... Kelamaan mudik, ntar diwakilkan dengan dikri traktirannya.
hehe.

"Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab lauhl mahfudz." (QS 35 : 11).
"Ketahuilah sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi. Bukankah janji Allah itu benar? Tapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS 10 :55).
"Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan (QS 10 : 56). Met milad, moga Allah selalu melimpahkan barakahNya kepadamu.
Dari Rendi, Jam 09.42 Jazakallah khairan katsiran, atas doa dan ucapannya serta pengingatnya.

Akhirnya saat ngajar, para pengajar yang baik hati itu memberitahu ke adik2nya kalo saya berhari lahir. akhirnya dengan malu-malu mereka mengucapkan selamat ulang tahun. hingga saat pulang ngajar aku masih teringat dengan mereka. akhirnya senyum2 sendiri. untung ga disangka gila. hehehe.

dan, buat status di FB seperti ini:
"Makasih adek2ku yg jahil: opi, widya, tiara, yuli, siska, anti, rani, juwita, suhaila, mona, ara, fayyad, kiki, yudha, yori, andre, fajri, dan reza atas ucapan selamat ultahnyo. karena kalian senyum itu kini terkembang. setelah sempat hilang karena rencana hari ini gagal total."

Hari ini aku melihat begitu banyak perhatian yang tercurah untukku...
terima kasih untuk semuanya.

Dua puluh tiga tahun usiaku kini, semoga aku lebih baik dari tahun kemarin....
semoga aku tetap istiqomah di jalanMu, Rabbi....

Syukurku atas semua nikmat yang telah Engkau beri...
Hari ini dua puluh tiga tahun silam, aku dilahirkan ke dunia.
Hari ini aku tetap bisa menapak dunia ini dengan penuh cinta.
Bantu aku Ya Rabb, untuk meletakkan dunia di tanganku,
dan meletakkan akhirat di hatiku.
Hingga aku tak risau dengan duniaku.

Bantu aku untuk mendirikan rumah megah di surga-Mu
Bantu aku untuk terus meletakkan cintaku padaMu diatas semua cinta.

Dua puluh tiga tahun
Semoga aku menjadi insan yang lebih baik,
Insan yang memiliki qalbun salim,
insan yang tetap istiqomah di jalanMu seberapa kuat pun badai itu menghantamku untuk keluar dari jalan yang Engkau ridhoi.
Amin ya Rabbal'alamin.