Ahlan wa sahlan...

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

Kamis, 16 Desember 2010

Yui in Memoriam....


Tadi malam saat sedang asyik bercanda dengan Pipit dan Tika, ponselku berdering. Dua SMS masuk, yang pertama dari Ibu dan yang kedua dari Yuk Ary. Kedua-duanya mengabarkan berita yang sama. Kucingku, si Yui mati. Dianiaya macan akar. Bapak yang melihat langsung “pelaku penganiayaan” itu.

Mendengar berita itu sedih memang. Yui itu kucingku, karena yang memberi nama Yui adalah aku. Umurnya sekitar empat tahun (dalam hitungan manusia). Aku yang meminta untuk memberi nama pada salah satu anaknya Coreng. Dan, ia kuberi nama Yui. Padahal aku belum pernah melihat bagaimana rupanya. Yui lahir saat aku masih di Inderalaya.

Dia kucing terunik yang pernah kami punya. Kedua kaki depannya agak bengkok dan lebih pendek dari kaki belakang. Disitulah lucunya Yui. Cara berjalannya menyesuaikan dengan kaki-kakinya yang pendek.

Yui dengan gayanya yang seperti itu, sangat lucu untuk di foto. Dia objek pertama yang akan jadi bahan jeprat jepret kami.

Jika kucing lain mengeong minta makan. Kami kurang percaya. Karena kucing-kucing itu lapar nggak lapar maka mereka akan dengan semangat mengeong minta makan. Lain cerita jika Yui yang mengeong sambil memandang kami. Maka kami akan segera memberi makan kucing peliharaan kami. Yui itu tipe kucing yang jarang mengeong. Jika ia sudah ikut-ikutan mengeong, berarti dia sudah sangat lapar.

Yui bahkan nggak makan minum jika sudah tidur di kamar. Jika pagi hari ia masuk untuk tidur di kamar, maka sorenya baru keluar kamar. Itupun diusir oleh yang empunya kamar. Hehehe.
Yui, yang paling banyak mengundang perhatian saudara-saudara dan tamu yang berkunjung ke rumah, karena keanehannya. Yui yang selalu sembunyi jika di rumah sedang ramai teman-teman yang berkunjung.

Warna abu-abu, kuning dan hitam. Itu warna bulu Yui.



Yui dengan segala keunikan yang ada di dirinya. Menjadi berbeda dengan Mamang, Endut, Bella ataupun Cat. Aku tak pernah sesedih ini saat mendengar kabar Abang mati. Karena aku tahu Abang sudah lama sakit. Yui sehat. Sangat sehat. Dan juga pemberani. Hingga kami menjulukinya kepala suku kucing.

Saat kembali ke Inderalaya ba’da ied adha, aku tak sempat berpamitan padanya. Kebiasaanku sebelum pulang adalah menyempatkan diri memeluk kucingku satu persatu. Yang ketemu hanya Endut, Cat dan Bella. Yui nggak ada di rumaa, biasanya jam segitu Yui sedang main ke tempat Edi. Numpang tidur dan makan di rumah Edi. Hehehe.

Yui mungkin dikuburkan pagi ini. Selamat jalan, sayang…. Tidurlah dengan tenang.
Percayalah, Yui akan selalu ada dihati ini. Kau bukan hanya sekedar indah. Kau tak akan terganti. Aku mengikhlaskanmu pergi. Ini yang terbaik untukmu. Aku tak akan tega melihatmu kesakitan menahan perih karena luka-luka yang kau derita. Hari ini aku melepasmu pergi…. Walaupun tak kulihat wajah itu terakhir kali.

Pergilah…. Ini memang yang terbaik.

Aku tak akan menyalahkan siapa-siapa. Ini salah satu bagian ujian keikhlasan untukku. Karena setiap yang bernyawa tentu akan mati. innaalillaahi wa innaailaihi raajiuun. Selamat jalan, cinta….

Hari ini kulepas kau pergi. Pahit memang. Sedih. Iya. Masa indah bersamamu hanya akan tinggal kenangan. Foto-fotomu akan jadi pengobat rindu yang tak tersampaikan. Kita berada di dunia yang berbeda sekarang.

Selamat jalan, cinta… Yui….

(maaf kalau agak berlebihan.... ^_^)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar